Jembatan Kurung Bekas Rel Kereta

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij atau disingkat SJS adalah salah satu perusahaan kereta api yang dahulu mengelola jalur kereta api sepanjang 417 KM di sekitar Semarang, Jawa Tengah.

Perusahaan ini mengelola jalur kereta api di Kabupaten Demak, Kudus, Pati, Rembang, Jepara, sebagian Kabupaten Blora, sebagian Grobogan, sebagian Bojonegoro dan sebagian Kabupaten Tuban.

Daerah ini adalah penghasil terbesar komoditi gula, kapuk, kayu jati, tras dan bahan bangunan lainnya, yang merupakan tambang emas angkutan perusahaan SJS. Seluruh jalur eks SJS sudah tidak aktif sejak tahun 1987.

Saat ini lahan eks SJS dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang. Jalur Rembang-Bojonegoro sendiri dibuka pada tahun 1919 (Sumser: Wikipedia).
 
Salah satu peninggalnnya, yaitu jembatan bekas rel kereta api yang berada di Dusun Majol, Desa Binangun, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Jembatan dengan kekuatan penahan baja di sisi samping dan atas ini, panjangnya sekitar tiga puluh lima meter dan lebar empat meter yang menghubungkan dua dusun yaitu Majol dengan Dusun Plunten.

Rel kereta api yang tak lagi berfungsi beralih menjadi tempat wisata. Jembatan bekas Rel Kereta Api dinamakan warga sekitar dengan sebutan Jembatan Kurung. Para warga menjadikan tempat ini yang bisa anda pilih untuk berfoto ria.

Jembatan yang terbentang di atas aliran sungai Majol dijadikan sebagai tempat wisata dan jalan akses menuju area persawahan. Dengan pemandangan yang ditawarkan begitu mempesona mata para blokers sapaan akrab sahabat blokTuban.com.

Tidak dipungut biaya untuk para pengunjung yang sengaja berfoto. Tetapi akses menuju jembatan masih berupa bebatuan yang terjal. Khusus bagi anda yang ingin melakukan foto prawedding sangat disarankan.
 
Salah seorang pengunjung, Andi (23) mengatakan, dia datang ke sini hanya sekadar menghibur diri untuk foto-foto di jembatan yang panjangnya kira-kira tiga puluh lima dan lebarnya empat meter.

"Saya bersama teman-teman sekadar foto selfie aja, untuk mengisi waktu luang di sore hari," jelas pemuda asal Pandean, Singgahan kepada blokTuban.com.

Dewi (16) pengunjung lain menuturkan, jembatan kurung banyak dikunjungi warga terutama di waktu sore pada hari hari libur, atau akhir pekan.

"Kalau ke sini yang datang banyak, paling sekadar foto sambil nongkrong. Apalagi kalau sabtu minggu yang berkunjung sangat banyak," kata gadis asal Katerban, Senori.

Terkait akses ke lokasi yang kurang memadahi. Rokim pemuda setempat mengatakan, menurutnya jembatan ini memang tidak dikelola secara serius untuk dijadikan salah satu destinasi wisata, karena hanya jembatan saja yang ada dan tidak ada fasilitas lainnya.

"Belum seperti tempat wisata lain yang dikelola dengan konsep sedemikian rupa, sehingga masih ada sekitar 500 meter jalan yang belum diaspal," ungkap pemuda berusia 21 tahun itu menerangkan.
 
Untuk sampai ke tempat ini, blokers bisa menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Dari perempatan Senori ambil jalan arah timur ke Desa Sidoharjo, butuh waktu sekitar 15 menit. Atau mungkin yang pernah ke Tugu peninggalan Letda Sucipto cukup jalan ke arah timur dan masuk ke utara menuju Dusun Plunten. Sesampainya di plunten, blokers bisa minta bantuan warga untuk mengantarkan ke Jembatan yang berada di area persawahan tersebut. Bagi yang pakai roda empat, nanti harus jalan kaki sekitar 200 meter melewati jalan bebatuan bekas rel kereta api. [rof/rom]