Renyahnya Kerupuk Rambak Berbahan Terigu

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Seperti biasa, blokTuban.com di akhir pekan menghadirkan ragam makanan yang dapat dijumpai di Bumi Wali Kabupaten Tuban. Kali ini, renyahnya kerupuk rambak asal Dusun, Simokrajan, Desa Simo, Kecamatan Soko bisa menjadi camilan ciamik di Minggu (22/5/2016).

Kerupuk rambak, pada umumnya terbuat dari kulit hewan sapi atau hewan lain. Akan tetapi kerupuk asal desa yang berbatasan dengan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro ini dibuat dari tepung dan campuran bumbu dapur.

Siapa yang tidak kenal dengan dua kabupaten bersebelahan, Tuban-Bojonegoro yang memiliki julukan dan kesatria hebat di zamannya. Tuban kerap disebut Bumi Ronggolawe sedangkan Bojonegoro akrap disebut Bumi Angling Dharma. Tepat di sebelah selatan kedua kabupaten itulah Kecamatan Soko berada. Tak sulit menemukan lokasi atau sentra pembuat kerupuk rambak di Desa Simo, tepat berada di salah satu ujung Kecamatan Soko.

Jika diukur dari pusat kota Tuban, jarak Dusun Simokrajan, Desa Simo, Kecamatan Soko mencapai kurang lebih 37 kilometer. Akses menuju desa yang sebagian besar warga dusunnya berprofesi sebagai pembuat kerupuk rambak itu cukup mudah. Sebab, lokasinya berdekatan dengan jalan raya Tuban-Bojonegoro.

Mencapai Dusun Simokrajan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum berjenis bus. Meski tidak banyak namun dapat dipastikan bus umum melintas di jalur tersebut. Hal ini berbeda dari kondisi beberapa tahun sebelumnya.

Salah seorang warga setempat yang merupakan produsen kerupuk rambak, Siti Mukodimah (29) mengaku menggeluti usaha tersebut sejak tujuh tahun silam. Kerupuk rambak menjadi salah satu mata pencaharian utama perempuan ini.

"Dalam satu minggu bisa menghabiskan dua kuintal tepung, produksi mengalami pasang surut sesuai pemesanan," kata ibu dua anak tersebut.

Pembuatannya sendiri diakui mudah dengan bahan yang juga gampang didapatkan. Di antaranya tepung terigu, tepung tapioka, obat gendar, penyedap makanan, dan garam.
"Ditambah bawang dan ketumbar jika ada pesanan saja," tambah Siti.

Pembuatan dilakukan dengan mencampur semua bahan, kemudian ditambah air secukupnya sambil diaduk dengan mixer hingga tercampur merata. Setelah adonan siap, adonan dituang sedikit ke dalam loyang yang sebelumnya diolesi minyak. Kemudian dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih.

Tidak memakan waktu lama, kurang dari lima menit loyang bisa diangkat kembali. Adonan dikeluarkan dari loyang di atas anyaman kayu atau widek untuk kemudian dijemur.

Seorang pembuat kerupuk rambak yang lain, Edi Junaidi (35) mengatakan, proses pengeringan bisa satu hingga dua hari pada cuaca panas terik. Sebab, intensitas panas berperan penting dalam usaha rumahan satu ini. "Kalau panas bercampur mendung bisa sampai tiga hari," kata Edi.

Edi menambahkan, setelah dijemur setengah kering, adonan kerupuk bisa dipotong. Potongan kerupuk disesuaikan pesanan. Dari satu adonan berbentuk lingkaran bisa ja
empat atau tiga potong, dan bisa juga dipotong kecil-kecil.

Sementara itu, untu pemasaran kerupuk rambak mentah dikemas dalam kantong plastik berukuran besar. Setiap satu kantong atau satu pack beratnya sekitar 5 kilogram.

"Satu bos (pack) dijual Rp45.000. Tetapi juga jual eceran (per kilo) untuk penggoreng," tambah Siti.

Hasil penjualan kerupuk rambak berbahan tepung dari Desa Simo, mencapai jutaan rupiah lebih dalam satu bulan.

"Dalam satu minggu bisa menghabiskan dua kuintal tepung. Kalau dihitung ya bisa dapat Rp1 juta lebih setiap bulan," kata Siti Mukodimah.[dwi/col]