Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Angka Golongan Putih (Golput), sebutan untuk orang yang tidak menggunakan hak pilihnya, di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 9 Desember 2015 kemarin, diprediksi tembus angka 57 persen.
Hasil ini, muncul diperhitungan sementara yang dilakukan Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Tuban. Data dari KIPP, sampai detik ini angka golput masih diatas 50 persen. Menandakan partisipasi pemilih di Pilkada Tuban kali ini sangat rendah.
"Hitungan sementara kami, angka golput sekarang masih dikisaran 57 persen," kata Ketua KIPP Tuban, Aris Deni, kepada blokTuban.com, Kamis (10/12/2015).
Selain golput, data sementara KIPP, perhitungan suara yang sah (kurang dari 43 persen) masih diungguli Pasangan Calon (Paslon) Petahana (Incumbent), Fathul Huda dan Noor Nahar Hussein (HUDANOOR) sebanyak 61 persen, dan sisanya adalah paslon dari jalur independen, Zakky Mahbub dan Dwi Susiantin Budiarti (ZADIT) dengan skor 38,8 persen.
"Ini hitungan sementara kami, dan sangat dimungkinkan masih berkembang," jelas Aris Deni.
Analisa KIPP, banyak sebab kenapa angka golput sangat tinggi di Tuban. Pertama, adalah faktor ketidakpuasan publik atas jalannya pemerintahan, seperti halnya aksi golput yang dilakukan puluhan Kepala Kelurga (KK) di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, karena kasus sengketa tanah. Kemudian ketidakpuasan publik ini juga terjadi di wilayah-wilayah lain.
Selain itu, yang cukup berpengaruh adalah berkembangnya isu, bahwa paslon independen merupakan paslon bayangan atau boneka dari paslon petahana. Sehingga masyarakat semakin enggan menggunakan hak pilihnya.
"Adanya isu boneka, membuat warga berpikir percuma mempergunakan hak pilihnya," tandasnya.
Selain itu, sampai sekarang belum ada perhitungan resmi dari KPU Tuban. Penghitungan surat suara masih dilakukan di tiap-tiap kecamatan, oleh Petugas Pemilihan Kecamatan (PPK). [pur/mu]