Berawal Dari Rp200 Ribu, Jadi Pengusaha Batik Gedog
<p style="text-align: left;"> Berawal dari modal yang hanya sebesar Rp200 ribu, H. M Sholeh menjadi pengusaha Batik Tulis Gedog di Kabupaten Tuban dengan omzet ratusan juta per bulan.
<p style="text-align: left;"> Berawal dari modal yang hanya sebesar Rp200 ribu, H. M Sholeh menjadi pengusaha Batik Tulis Gedog di Kabupaten Tuban dengan omzet ratusan juta per bulan.
Muhammad Tono warga Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Tuban, yang berbisnis mengembangkan buah lokal berencana mengembangkan kebun yang dikelolanya menjadi destinasi wisata petik buah.
Setiap kali menjelang Hari Raya Idul Fitri, penjualan Batik Tulis atau Batik Tenun Gedog mengalami peningkatan. Pada moment ini sebagian besar konsumen memburu produk batik yang sudah jadi pakaian.
Selama ini, beberapa Pengusaha Batik Tulis Gedog asal Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban telah berhasil memasarkan produknya hingga tembus keluar pulau Jawa.
Momen hari raya Idul Fitri 1438 H, yang sekaligus bersamaan dengan tahun ajaran baru sekolah, membuat penjualan Batik Tenun Gedog Tuban mendapatkan berkah berlipat.
Sekitar 45 mahasiswa Kampus Ungu, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada (STIKes ICsada) Bojonegoro, mengikuti Pondok Jurnalistik, Kamis (15/6/2017). Acara berlangsung di Jati Wangi Park, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban.
Kepengurusan Ikatan Alumni Pendidikan Matematika (IKAPIMA) Universitas Ronggolowe (Unirow) Tuban periode 2017 - 2022 telah dibentuk. Bertempat di salah satu ruangan di kampus yang berada di Jalan Manunggal tersebut dikukuhkan Dekan FKIP Djoko Apriono, Sabtu (10/6/2017).
Seorang pejalan kaki di Desa Jatiklabang, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban meninggal dunia setelah dihantram truk tanpa muatan dari belakang. Sementara korban satu lainnya mengalami luka-luka.
Sudah sejak dari dulu, bahkan sudah jadi bagian dari tradisi, pengusaha Batik Tenun Gedog di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban mengurangi jam kerja pekerjanya saat bulan Ramadan.
Medio bulan empat kemarin, April 2017, kampus UIN Sunan Ampel dihadapkan dengan kondisi percaturan politik mahasiswanya yang lumayan berkabut. Beberapa mahasiswa dari kubu selatan kurang sepakat dengan aturan Pra Pemilu Raya (Pemira) yang dibuat KPU. Karena memiliki indikasi menghalangi kubu tersebut masuk dalam partisipasi demokrasi kampus. Hal tersebut memunculkan beberapa keributan. Salah satunya bentrokan yang terjadi ketika pihak yang diuntungkan oleh regulasi—untuk tidak mengatakan se-pihak dengan golongan yang masih/sedang berkuasa—mengusung calon ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas dengan istilah kerennya Presiden Mahasiswa sedang melakukan kampanye terbuka di lingkungan kampus. Kampanye tersebut berakhir dramatis karena dibubarkan oleh mahasiswa yang kontra dengan aturan yang telah dibuat KPU.