Bertempat di Gedung UPTD Pendidikan Kecamatan Tuban, Liga Mahasiwa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Tuban menggelar Diskusi Publik dengan tema “Kajian Ilmiah Full Day School dan Liberalisasi Pendidikan”.
Ramainya gelombang penolakan Permendikbud No.23 Tahun 2017, tentang Hari Sekolah, sampai juga di wilayah Tuban. Mengenai hal itu, satu diantara lembaga pendidikan dengan model Full Day School (FDS) pun angkat bicara.
erakan penolakan terhadap kebijakan Full Day School (FDS) kembali terjadi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tuban memasang baliho penolakan FDS di tempat strategis sepanjang jalanan kota dan di dua puluh kecamatan yang ada.
Keputusan yang dilontarkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan baru Prof. Dr. Muhadjir Effendy tentang Full Day School (FDS) menuai kontroversi dan membuat gaduh di masyarakat. Nantinya kalau gagasan ini diterapkan, selama seharian penuh, siswa akan berada di bangku sekolah. Tujuannya menurut menteri Muhajir Effendy adalah untuk membentuk karakter siswa. Alasan lain, karena ketika siswa pulang lebih dini, pergaulan siswa tidak terkontrol kedua orang tua sibuk bekerja dan baru pulang sore hari. Akibatnya, siswa bebas keluyuran di luar rumah dan akan melakukan banyak perbuatan negatif tanpa ada pengawasan dari orang tua.
Koordinator program beasiswa peningkatan kapasitas guru Madrasah Diniyah Provinsi Jawa Timur (Jatim), Fathurohman angkat bicara soal wacana penerapan program Full Day School (FDS) yang digaungkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan.
Rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menerapkan perpanjangan jam sekolah dasar dan menengah atau yang biasa disebut sebagai Full Day School (FDS) menuai banyak kritikan dan kecaman dari publik. Respon penolakan pun mengalir deras dari berbagai kalangan, termasuk dari warga Nahdliyyin, sebutan warga Nahdlatul Ulama (NU).