Rukyatulhilal atau melihat bulan untuk menentukan awal Ramadan maupun satu Syawal yang dilakukan tim hisab dan rukyat Kementerian Agama (Kemenag) Tuban tampaknya masih sama. Yaitu di perbukitan Desa Banyuurip, Kecamatan Senori.
Asal-Usul Dusun Cungkup. Setiap tokoh desa biasanya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, budaya, dan agama suatu daerah atau wilayah yang pernah dijadikan sebagai tempat pengasingan, menyebarkan agama, atau daerah sekadar disinggahi beberapa waktu. Hal yang sama dapat ditemui di Desa Penambangan. Kehadiran tokoh Syekh Ahmad Mizan di Desa Penambangan memunculkan nama Dusun Cungkup. Asal usul Cungkup tidak terlepas dari kisah Syekh Mizan dengan Kyai Karang Pacar. Syekh Mizan adalah pangon (pembantu mengurus ternak) milik Kyai Karang Pacar (Makam Dawa).
Hembusan angin dari selatan malam itu, sayup-sayup menerpa kulit ari, menambah asri suasana kompleks pemakaman di Dusun Cungkup Desa Penambangan Kecamatan Semanding. Makam Cungkup, begitulah masyarakat setempat menyebutnya. Kompleks makam yang luas dan ditumbuhi pohon-pohon besar itu, tampak bersih.
Keberadaan makam yang ada di lokasi pemandian Bektiharjo, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding sejauh ini sudah banyak diketahui oleh masyarakat setempat. Tapi, belum masif diketahui dalam makam tersebut bersemayam jasad seorang penyebar agama islam di masa silam.
Makam Syeikh Abdurrohman atau familier dengan nama Tumenggung Raden Haryo Tedjo Bupati Ke-7 Tuban yang berada di Desa Dagangan, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban menyisahkan banyak sejarah dalam perkembangan Islam.
Alkisah, dalam sebuah safarinya, Abdullah bin Ja’far singgah di sebuah kebun kurma. Ia bertemu dengan seorang budak negro. Terlihat budak itu membuka bungkusan yang berisi tiga potong roti. Tiba-tiba datang seekor anjing yang menyalak dan matanya memelototi roti tersebut. Si budak pun melemparkan satu roti dan langsung dilahap oleh anjing.
Masuknya islam di pulau Jawa, tidak terlepas dari peranan waliyullah (Kekasih Allah) yang cara dakwahnya dalam menyebarkan agama islam dengan halus serta tidak menghilangkan budaya dan tradisi jawa sehingga mudah diterima oleh masyarakat.
Situs sosial budaya Petilasan Kedung Banteng terletak di petak 26 RPH Mulyoagung, BKPH Molyoagung, Perhutani KPH Parengan. Situs ini berbentuk makam atau petilasan dengan jumlah dua makam yang berada di bawah sebuah cungkup (rumah). Pemandangannya pun masih alami karena berada di kawasan hutan pinggir sungai. Dinding-dinding batu tampak menjulang tinggi menambah indahnya panorama menuju petilasan.