Dampak Judi Online Paling Berat Dirasa oleh Perempuan

Reporter : Dwi Rahayu 

blokTuban.com - Dalam situasi meningkatnya penggunaan teknologi digital, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyayangkan adanya masyarakat yang terjebak dalam judi online. 

Ia menekankan bahwa judi online tidak hanya merusak ekonomi keluarga tetapi juga menyebabkan ketidakharmonisan dan berbagai masalah dalam rumah tangga. Oleh sebab itu, ia mengajak mahasiswa untuk bersama-sama memerangi judi online.

"Karena itu, di forum yang baik ini, saya mengajak kita semua memerangi judi online karena judi online ini bukan hanya merusak ekonomi keluarga, tetapi juga hubungan di dalam keluarga itu sendiri," ujarnya dalam Orasi Ilmiah Prosesi Wisuda ke-X Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA). 

Menkominfo menyatakan bahwa kemajuan digital membawa ironi buruk atau masalah yang bisa menjadi penyakit di masyarakat. 

“Maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga hingga pembunuhan akibat pinjaman online dan judi online adalah dampak negatif yang meresahkan dari perkembangan digitalisasi,” katanya.

Menteri Budi Arie juga mengingatkan bahwa dampak terbesar dari judi online paling dirasakan oleh perempuan. 

“Suami dan istri bertengkar, anak-anak kehilangan harapan karena ekonomi keluarga rusak. Korban terbesar dari judi online adalah perempuan, karena yang berjudi laki-laki, dan yang kehilangan uang belanja adalah perempuan," tambahnya.

Menkominfo menegaskan bahwa pemerintah berupaya melindungi anak-anak dari dampak buruk teknologi digital dan internet. Anak-anak perlu dilindungi dari kekerasan dan pornografi anak yang dapat merusak generasi mendatang. 

"Dalam waktu dekat, kami akan mengeluarkan regulasi mengenai perlindungan anak di dunia digital. Kami ingin agar anak-anak kita bisa bertumbuh dengan konten-konten yang baik," tegasnya.

Menteri Budi Arie juga mendorong semua pihak, terutama dunia pendidikan, untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. 

“Kita perlu menyadari bahwa di era digital ini, kejahatan digital sering terjadi. Oleh karena itu, penanaman kurikulum digital dengan menekankan nilai-nilai positif perlu ditingkatkan untuk menghindari kemunculan pelaku kejahatan digital baru,” ujarnya.