blokTuban.com - Serangan udara Israel yang menyebabkan kebakaran besar di area tenda pengungsi di Rafah telah menewaskan 45 orang, kata petugas medis. Gambar anak-anak yang hangus dan termutilasi memicu kemarahan para pemimpin global dan membahayakan perundingan gencatan senjata.
Pengeboman pada Senin (27/5/2024) yang menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyasar senior Hamas dalam serangan yang tepat tampaknya telah memicu api yang menyebar dengan cepat melalui tenda-tenda dan akomodasi darurat. Rumah sakit lapangan terdekat yang dioperasikan oleh Komite Palang Merah Internasional dan rumah sakit juga terkena dampak.
“Kami mengevakuasi orang-orang yang berada dalam kondisi yang tidak tertahankan,” Mohammed Abuassa, relawan yang bergegas ke lokasi kejadian di lingkungan barat laut Tel al-Sultan, mengatakan kepada Associated Press.
“Kami mengeluarkan anak-anak yang terpotong-potong. Kami menarik keluar orang-orang muda dan lanjut usia. Kebakaran di kamp itu seolah tidak nyata," tambahnya.
Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas mengatakan sekitar setengah dari korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Anak-anak yang bertelanjang kaki berkeliaran di sekitar reruntuhan yang berasap pada Senin ketika pencarian korban tewas terus berlanjut dan keluarga yang berduka bersiap untuk menguburkan orang yang mereka cintai.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan di parlemen bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan serangan udara tersebut.
“Kami sedang menyelidiki kejadian tersebut dan akan mengambil kesimpulan, karena ini adalah kebijakan kami,” ujarnya.
AS, sekutu setia dan pemasok senjata Israel, menggambarkan gambar-gambar setelah kejadian tersebut sebagai sesuatu yang sangat menghancurkan. Serangan tersebut merupakan salah satu insiden paling mematikan dalam perang delapan bulan hingga saat ini. Ironisnya, serangan terjadi terjadi dua hari setelah pengadilan internasional di Den Haag, yang menjadi arbitrase antar negara, memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di Rafah.
Lebih dari 85 persen penduduk wilayah Palestina mencari perlindungan di wilayah tersebut setelah melarikan diri dari pertempuran di tempat lain, dan satu juta orang terpaksa pindah lagi sejak operasi darat Israel dimulai pada tanggal 6 Mei. Pasukan darat Israel sejauh ini menyelidiki pinggiran selatan dan timur Rafah, dibandingkan pusatnya yang penuh sesak.
Penulis: Kafifudin Al-Ghifari Mahasiswa STIE Muhammadiyah Tuban Prodi Manajemen.