Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid, menolak gagasan tentang kemungkinan terbentuknya kembali Selat Muria yang telah menghilang sekitar 300 tahun yang lalu.
Wafid menyatakan bahwa Selat Muria, yang dulunya menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria, tidak mungkin terbentuk dalam waktu dekat atau bisa terbentuk kembali melalui proses geologi yang ekstrem, seperti gempa bumi tektonik dengan kekuatan besar.
"Meskipun terjadi penurunan tanah di daerah Demak dan sekitarnya, hal itu tidak berarti Selat Muria akan terbentuk kembali dalam waktu dekat," ujarnya dikutip dari situs resmi Kementrian ESDM, Selasa (26/3/2024).
Banjir rob yang terjadi saat ini lebih dipengaruhi oleh iklim, seperti tingginya curah hujan dan adanya kerusakan infrastruktur.
Menurut Wafid, untuk Selat Muria terbentuk kembali, diperlukan proses geologi yang ekstrem, seperti terjadinya gempa bumi tektonik berkekuatan sangat besar yang dapat menyebabkan amblasan tiba-tiba (graben) dan mencakup area yang luas.
"Penurunan tanah (graben land subsidence) dan faktor-faktor lainnya tidaklah cukup untuk menyebabkan Selat Muria terbentuk kembali," imbuhnya.
Jika pun terjadi, proses tersebut akan memerlukan waktu yang sangat lama (ratusan sampai ribuan tahun) dan kecepatan penurunannya harus seragam mulai dari Demak hingga Pati.
Fakta di lapangan, berdasarkan penelitian Badan Geologi, menunjukkan adanya perbedaan kecepatan penurunan tanah, dimana daerah pesisir mengalami penurunan yang lebih cepat dibandingkan dengan daratan.
"Salah satu faktor dominan yang kemungkinan besar menyebabkan terbentuknya kembali Selat Muria adalah penurunan muka tanah yang signifikan, yang juga dapat disertai dengan kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim dan karena perbedaan elevasi, pola aliran sungai terganggu karena daratan lebih rendah dari permukaan air laut," pungkasnya. [Ali/Dwi]