Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan
blokTuban.com – Lajo Lor atau yang bisa juga disebut Laju Lor merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Desa yang memiliki luas sekitar 865 Hektar ini terbagi menjadi 4 dusun yakni Dusun Krajan, Dusun Gomang, Dusun Podang, dan Dusun Ngaglik.
Dibahas mengenai asal – usul terbentuknya sebuah desa seperti yang dijelaskan oleh Sutiyar, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat bahwa Lajo Lor merupakan perpecahan 3 desa yakni Desa Lajo Lor, Desa Lajo Kidul dan Desa Tanggir yang mana Lajo Lor sendiri dahulu adalah pusat pemerintahan desa sebelum berpecah menjadi 3 desa yakni yang mana sebelah selatan adalah Desa Lajo Kidul, Sebelah Utara Lajo Lor dan sebelah Timur adalah Tanggir.
“Dulunya kan Laju – Laju Tanggir kan gitu ta mas, lah akhire Laju – Laju Tanggir itu sekarang jadi tiga desa, asal – usulnya kan Laju – Laju Tanggir itu satu desa zaman dahulu ceritanya jadi satu disini terus pecah Selatan jalan itu Laju Kidul yang Utaranya jalan itu Laju Lor yang Timurnya tanggir itu pecahnya pas zaman Belanda,” ujar pria berusia 52 tahun tersebut.
Selain itu ia juga menambahkan bahwa dahulu Desa Lajo terkenal kaya dan orang – orang banyak yang datang ke Lajo yang maka dari itu dinamakan Lajo/ Laju dikarenakan kalau orang – orang merantau ke sana kemari kalau kekurangan pangan atau makanan pasti datangnya ke Lajo/ Laju dahulu.
Desa Lajo Lor juga memiliki seorang sesepuh atau tetua yang konon sebagai pembuka desa atau babat alas desa yang memiliki nama Mbah Manyuro, Mbah Manyuro sendiri dikatakan berasal dari Daerah Blora yang datang ke daerah Tuban untuk berdagang menjual gerabah dan sembari syiar agama.
“Mbah Manyuro ini kan istrinya tempatnya di sana makamnya di Panyuran situ, dan baru tahu ini kalau ada istri disana yang nyeritakan ya orang dari Lamongan dan akhirnya pak inggi kemaren kesana. Mbah Siti Syariah istrine Mbah Manyuro itu kan makamnya disitu, itu kan anaknya Mbah Sunan Ampel,” tuturnya.
Mengenai mitosnya sendiri makam Mbah Manyuro yang mana banyak diadatangi orang – orang yang ingin nyalon dalam pemilihan aparat sehingga Kepala Desa Lajo Lor sendiri berencana untuk membangun pendopo atau tempat untuk orang yang berziarah.
Adapun mengenai tradisinya sendiri Desa Lajo Lor masih lekat dengan tradisi sedekah bumi yang dilakukan di anataranya adalah makam umum yang ada di Dusun Gomang di hari Jumat Pon, di Dusun Podang dilakukan di makam umum dan makam sesepuh yang bernama Mbah Sadiran serta di sebuah sendang/sumberan dengan mengadakan wayang kulit, di Dusun Ngaglik yang berada di makam umum dan di Dusun Krajan di makam Mbah Manyuro di hari Jumat Pon yang mana biasanya dilakukan secara bergantian yakni Mbah Mayuro dan makam di Dusun Gomang yakni setelah panen pertama dan di Dusun Podang dilakukan setelah panen kedua.
Desa Lajo Lor berbatasan langsung dengan Desa Kumpulrejo di sebelah Utara, Desa Lajo Kidul di sebelah Selatan, Desa Mulyoagung di sebelah Timur, dan Desa Kedungmulyo di sebelah Barat.
Dengan penduduk yang menghuni desa tersebut memiliki jumlah kurang lebih sekitar 4.239 Jiwa warga Desa Lajo Lor memiliki profesi yang bermayoritas sebagai petani. Desa Lajo Lor sekarang dipimpin oleh Alimuddin selaku Kepala Desa.
Mengenai potensinya sendiri Desa Lajo Lor baru akan merenovasi sebuah pasar yang mana pasar ini dulunya adalah pasar yang bisa dibilang besar yang berada di Kecamatan Singgahan hal ini dilakukan dikarenakan dari pihak desa sendiri berfokus pada Bumdes yang ingin lebih dikembangankan dan dibesarkan.
“Ini kan rencananya tahun depan ini pasar mau dibongkar biar Bumdes e maju, tahun depan ada pembangunan pasar ini direhab. Kan ini pasare kan mati kan mas lah ini tokonya rencananya tahun depan dibongkar ditaruh belakang jadi yang depannya toko bisa dipakai pasar sore gitu lho mas pasar jajanan lah,” Tutupnya.[Mad/Dwi]
*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com.
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS