Diganggu Hewan Buas, Pemukiman Desa Kujung Tuban Pernah Digeser

Penulis : Leonita Ferdyana Harris

 

blokTuban.com – Desa yang terletak di ujung Kecamatan Widang ini memiiki luas daerah yang didominasi oleh wilayah hutan. Namanya Desa Kujung. Desa ini memiliki wilayah perbatasan dengan Kecamatan Palang di sebelah utara, Desa Mlangi di sebelah selatan serta di sebelah Barat, dan Kecamatan Laren Lamongan di sebelah Timur, Minggu (29/10/23).

Dihuni oleh kurang lebih 1700 penduduk tercatat, mayoritas pekerjaan yang dijalani warga ialah bertani. Desa Kujung hanya memiliki satu dusun yaitu Dusun Kujung saja.

Dalam buku RPJM Desa Kujung tahun 2021 dituliskan secara singkat mengenai sejarah terbentuknya desa Kujung. Nama Kujung sendiri diambil dari kata “Ujung”. Hal tersebut cukup relevan karena lokasi kewilayahan Desa Kujung yang berada di penghujung Kota Tuban dan berbatasan langsung dengan hutan.

Diceritakan oleh Suyatno (42) selaku kepala dusun berkenaan keunikan yang dimiliki oleh Desa Kujung. Desa Kujung dulu sempat mengalami pergeseran wilayah pada bagian pemukiman. Awalnya, lokasi pemukiman warga berlokasi lebih dekat dengan hutan dibandingkan sekarang. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya sumur miru (sumber air) yang tertata rapi dari banyak batuan dan beberapa alat rumah tangga seperti sendok garpu dan lain-lain pada beberapa titik di hutan.

Karena pada saat itu hutan masih banyak dihuni oleh hewan-hewan buas dan liar, maka munculah beberapa peristiwa mengganggu yang dirasakan oleh penduduk dari para hewan tersebut. Lambat laun, ketika dirasa gangguan tersebut sudah terlalu sering terjadi dan tidak bisa dihindari, demi keamanan serta keselamatan bersama maka timbulah gagasan untuk menggeser pusat pemukiman menjauh dari hutan.

Selain memiliki sumber daya alam dari hutan, desa ini juga memiliki sebuah sumur minyak peninggalan dari zaman Belanda. Sumur tersebut merupakan burbox yang tertutup besi dengan berbentuk persegi dengan ukuran kurang lebih 1x1m. Sumur tersebut saat ini sudah berada dalam pengawasan pertamina untuk nantinya diolah dan sudah beberapa kali dilakukan survey oleh tim pertamina.

“Desa Kujung dulunya juga merupakan titik kumpul para petinggi Widang. Kita punya sebuah pohon yang lokasinya ada diantara Tuban dan Lamongan. Pohon itu namanya Luwuk. Bentuknya besar dan dikelilingi oleh bebatuan,” tambah Suyatno.

Digambarkan Luwuk merupakan wilayah yang di sakralkan oleh masyarakat di zaman dulu. Secara khusus, lokasi ini dikisahkan menjadi lokasi bertapa dan nyepi para pejabat. Karena kesakralannya, setiap diadakan kegiatan sedekah bumi yang bertitik di Luwuk maka akan banyak pendatang turut memeriahkan kegiatan tersebut.

Para pendatang biasanya merupakan masyarakat atau petinggi dari daerah Compreng, Sumberejo, dan sebagainya. Namun, budaya penyakralan tersebut sekarang sudah terkikis oleh zaman sehingga tidak lagi di berlakukan kegiatan khusus di wilayah Luwuk.

“Pohonnya saja saat ini sudah tidak ada lagi, Cuma sisa batu-batuannya. Untuk cerita lengkapnya juga belum bisa dipastikan karena saya beserta tim juga masih dalam proses pengumpulan data," pungkasnya. [Leo/Ali]