Penggunaan YouTube di Kalangan Anak-Anak, Akankah Berimbas Buruk?

Penulis: Zuni Fatmasari

blokTuban.com - Dalam era modern ini, YouTube telah menjadi salah satu platform yang sangat populer, terutama di kalangan anak-anak. Tampilan visual yang menarik dan beragamnya konten membuat YouTube sangat menghibur. Namun di balik itu, terdapat efek candu yang mungkin berdampak negatif bagi anak-anak.

Banyak anak di lingkungan sekitar saya yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain YouTube, bahkan hingga larut malam. Tak sedikit pula dari mereka yang rela menghabiskan uang untuk mengakses internet di warung yang menyediakan Wifi.

Sementara YouTube telah memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam penyampaian informasi. Terutama bagi generasi Z yang hampir tidak dapat lepas dari media sosial sebagai pengisi aktivitas sehari-hari. 

Orang tua juga perlu menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadikan anak-anak tidak bisa menolak kehadiran media sosial. Hal ini dibuktikan dengan penggunanya di kalangan anak-anak yang meningkat secara signifikan. 

Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, sekitar 88,99% anak berusia 5 tahun ke atas telah mengakses internet untuk bermedia sosial, dan jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia terus bertambah hingga mencapai 167 juta jiwa pada awal 2023. 

Meski begitu, orang tua masih dapat mengendalikan anak-anaknya dalam bermedia sosial dengan memberikan pengawasan yang cukup ketat.Rata-rata anak-anak menggemari YouTube sebab konten-kontennya yang mereka anggap menarik. 

Tidak sedikit pula dari mereka yang terinspirasi hingga timbul keinginan untuk menjadi seperti orang yang mereka tonton. Namun yang sangat disayangkan adalah pikiran mereka belum bisa mencerna apakah konten tersebut layak untuk ditonton atau bahkan ditiru. 

Padahal di usia tersebut, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Mereka memerlukan pendidikan serta bimbingan karakter sejak dini untuk membangun fondasi yang kuat. Jika kepribadian mereka tercemar dikarenakan kecanduan konten YouTube yang tidak baik, maka perkara tersebut akan berimbas buruk di masa mendatang.

Sisi Positif dan Negatif Jika Anak Menjadi Pengguna YouTube

Dalam teori Belajar Sosial, Albert Bandura menegaskan bahwa perilaku individu dapat berubah dari hasil melakukan pengamatan terhadap perilaku kelompok sosial. Bayangkan jika peristiwa tersebut terjadi pada anak-anak, maka efeknya akan lebih dahsyat. Anak-anak adalah peniru yang hebat. 

Apapun yang mereka lihat dan dengar pasti akan membekas dalam ingatan. Kemudian mereka akan mewujudkannya dalam bentuk perilaku serta kata-kata. Hal ini memungkinkan lebih besar pengaruhnya jika diterapkan ke dalam dunia teknologi digital, seperti YouTube. Orang dewasa yang sudah dapat berpikir secara kompleks saja seringkali meniru apa yang dilakukan oleh para youtuber atau influencer.

YouTube dapat diibaratkan pisau bermata dua. Dampak positif dan negatif akan selalu menyertai penggunanya. Memperoleh manfaat atau kerugian, tergantung kepandaian individu dalam menyaring informasi. 

Dari konten-konten YouTube pula, anak-anak akan mendapatkan pengetahuan baru. Namun, dikarenakan belum mampu menyeleksi, maka kemungkinan terburuk adalah mereka bisa saja terjebak ke dalam hal yang membahayakan. 

Contoh sederhananya, saat mereka tidak sengaja membuka konten tentang pamer kemewahan, maka bisa jadi mereka akan berusaha agar bisa seperti si pembuat konten. Hasil yang tidak diinginkan dari menyaksikan konten tersebut adalah dapat menyebabkan gangguan psikis: mereka lebih suka membandingkan kehidupannya dengan orang lain daripada mencintai diri sendiri. 

Berbeda lagi jika anak-anak menyaksikan konten positif, dalam artian dapat merangsang kecerdasan di berbagai aspek. Maka output yang mereka dapatkan pun akan sesuai dengan harapan setiap orang tua. Hal ini bisa terjadi hanya jika mereka benar-benar bisa memilah dan memilih tontonan yang sehat. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa perkara ini akan sulit sekali terjadi, dikarenakan anak-anak belum dapat memegang kendali penuh atas dirinya sendiri. Mereka masih sangat perlu arahan dari orang dewasa, seperti orang tua, saudara, guru, dan orang-orang terdekat lainnya.

Pentingnya Peran Orang Tua Agar YouTube dapat Memberikan Imbas Baik pada Anak 

Sudah menjadi kewajiban orang tua dalam mendampingi anak di berbagai situasi untuk mencegah hal-hal yang tidak mereka inginkan. Dari sinilah orang tua sangat berperan penting dalam mengarahkan konten apa yang cocok untuk anak-anak, seperti video-video edukatif. 

Salah satu sifat alamiah anak adalah memiliki rasa keingintahuan yang besar meskipun tidak semua. Sedangkan anak yang memiliki sifat tersebut merupakan ciri anak yang kreatif.  Hal inilah yang bisa menjadi kunci bagi para orang tua untuk memberikan stimulasi setelah mereka menonton sebuah konten. Namun, dengan catatan konten tersebut dapat memberi pengaruh baik dalam jangka panjang. 

Bijak bermedia sosial pun harus dimulai dari orang tua. Belajar dari beberapa kasus yang pernah saya temui, kebanyakan anak sering membuka YouTube atau media sosial lainnya hingga lupa belajar karena melihat orang tua mereka yang juga sering melakukan hal serupa. Tak sedikit pula dari orang tua yang lalai terhadap apa saja kegiatan yang anak lakukan dan lebih fokus menatap layar smartphone. 

Bijak bermedia sosial juga berarti membatasi screen time dan lebih banyak terlibat dalam percakapan yang bermanfaat dengan anak. Tindakan ini juga dapat melindungi mereka dari konten negatif, membantu mereka mencintai diri sendiri, serta membangun pemahaman yang baik tentang dunia di sekitar mereka.(*)

Referensi:

• Mutia An-nur, Cindy. 2021. BPS: 88,99% Anak Berusia 5 Tahun ke Atas Mengakses Internet untuk Media Sosial. Diakses pada 14 September 2023 dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/24/bps-8899-anak-5-tahun-ke-atas-mengakses-internet-untuk-media-sosial 

• Widi, Shilvina. 2023. Pengguna Media Sosial di Indonesia Sebanyan 167 Juta pada 2023. Diakses pada 14 September 2023 dari https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-sebanyak-167-juta-pada-2023

• Thabroni, Gamal. 2022. Albert Bandura: Social Learing Theory (Teori Belajar Sosial). Diakses pada 14 September 2023 dari https://serupa.id/albert-bandura-social-learning-theory-teori-belajar-sosial/ 

•Ciri-Ciri Anak Kreatif. (2023). Diakses pada 14 September 2023 dari http://www.jejakpendidikan.com/2016/09/ciri-ciri-anak-kreatif.html?m=1 

 

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS