Reporter: Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Dalam menyebarkan ajaran Agama Islam di Kabupaten Tuban, Raden Maulana Makdum Ibrahim atau dikenal dengan nama Sunan Bonang diketahui berdakwah dengan metode bil qolbi atau melakukan pendekatan dengan hati.
Tak heran, jika Sunan Bonang mendekati masyarakat dengan masuk ke dalam semua bidang, baik dalam bidang politik, ekonomi, seni maupun bidang sastra. Bahkan, hingga saat ini adat dan tradisi peninggalannya, masih sangat kental dijalankan oleh masyarakat di Kabupaten Tuban.
Kepada blokTuban.com, Ketua Yayasan Mubarot Sunan Bonang, Hidayaturohman menjelaskan bahwa sampai saat ini, masyarakat masih menjalankan beberapa tradisi yang secara turun temurun, diwarisi oleh setiap generasi yang ada di Bumi Wali, salah satunya ialah tradisi sedekah bumi atau manganan.
baca juga:
Selain Kesenian, Sunan Bonang Juga Handal di Bidang Ekonomi dan Politik
“Adat yang masih dijalankan di Tuban ini, kalau kita lihat yaitu mengubah dari kebiasaan-kebiasaan hindu, seperti manganan itu,” ucapnya Sabtu (29/7/2023).
Dimana, tradisi sedekah bumi yang awalnya dijalankan di tempat-tempat angker, diubah dan diarahkan oleh Sunan Bonang ke tempat pemakaman. Dalam pelaksanaannya, kini kegiatan sedekah bumi yang diadakan di tempat pemakaman yaitu membaca tahlil dan mengirimkan doa.
Tradisi sedekah bumi atau manganan peninggalan Sunan Bonang yang masih dilakukan oleh masyarakat Tuban. (Foto: Savira W Sofyana/ bloktuban)
Termasuk makanan-makanan yang dulu ditinggal pada tempat dilakukannya sedekah bumi, saat ini dimakan bersama oleh masyarakat, sebagai bentuk shodaqoh.
“Itu yang dilakukan oleh Sunan Bonang, dalam hal mengubah adat yang tidak sesuai,” tambahnya.
Selain merubah tradisi sedekah bumi, lanjutnya, putra dari Sunan Ampel ini juga mengubah tradisi perwayangan, yang sebelumnya menceritakan tentang cerita mistis ataupun dewa-dewa, dan dirubah sebagai media dakwah Sunan Bonang.
baca juga:
Kalpataru, Bukti Peninggalan Sunan Bonang Tuban Harmonisasi Antar Umat Beragama
Sehingga dalam pertunjukan wayang saat ini, alur ceritanya berupa dakwah, seperti halnya ketauhidan, ataupun jamus kalimasada, termasuk tokoh-tokoh perwayangan yang baru.
“Yaitu ada Punawakan, ada Semar, Bagong, Pethruk, dan Gareng itu juga dalam hal untuk menyisipkan nasehat-nasehat yang ada di dalamnya. Intinya sebarkan kebaikan, maka tingggalkanlah kesesatan. Jadi itu didalam filosofi perwayangan tersebut,” imbuhnya. [Sav/Dwi]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS