Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Akibat dari lonjakan harga kacang kedelai yang mencapai Rp16 ribu per kilogram, kini para produsen tempe di Kabupaten Tuban mengeluhkan jika permintaan pasar mengalami penurunan.
Bukan tanpa sebab, pasalnya, di tengah kemelut harga kacang kedelai yang tak kunjung turun ini, para pengrajin tempe dan tahu terpaksa menaikkan harga jualnya di pasaran, agar tidak mengalami kerugian.
Hal tersebut, diungkapkan langsung oleh salah seorang produsen tempe, Kayami, asal Desa Margosoko, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban. Menurutnya, ia terpaksa menaikkan harga pasaran lantaran seluruh bahan penunjang juga mengalami kenaikan harga.
“Kemarin kita masih bikin harga Rp1000 an sekarang Rp2000 an mbak, karena semuanya naik, makanya kita sangat kesulitan. Yang lebih parah lagi, bahan baku naik pasar sepi,” ujarnya kepada blokTuban.com, Jumat (13/1/2023).
Tak tanggung-tanggung, perempuan ramah ini mengungkapkan jika penurunan jumlah pembelinya, saat ini kurang lebih sekitar 30 persen. Selain karena harga tempe yang mengalami kenaikan, penurunan daya beli masyarakat ini juga dipengaruhi oleh banyaknya petani yang gagal panen.
Pasalnya, sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Tuban adalah seorang petani. Akibatnya, kini Ami sapaan akrabnya, juga mengurangi jumlah produksi dari tempe-tempenya tersebut.
“Selain dari harga naik, juga karena faktor alam yang sepi mbak, petani juga banyak yang gagal panen. Penurunan kira-kira 30 persen, karena itu maka otomatis produksi dikurangi,” sambungnya.
Jika biasanya dalam sehari Ami bisa memproduksi sekitar 40 kilogram kacang kedelai, saat ini ia hanya mampu memproduksi 35 kilogram kacang kedelai dalam sehari.
Oleh Karena itu, ia sangat berharap agar pemerintah mau menndengarkan jeritan para produsen tempe dan tahu, sehingga harga kacang kedelai bisa kembali stabil seperti sediakala. Dengan begitu, produktivitas para pengrajin bisa kembali lancar seperti sediakala.
“Selalu berharap agar harga kedelai bisa stabil mbak, biar kita selaku pengusaha tempe dan tahu bisa berjalan lancar,” katanya.
Sementara salah seorang penjual tempe dan tahu di Pasar Desa Klotok, Kecamatan Plumpang, Sukilah juga mengeluhkan hal yang sama. Di tengah harga kedelai yang melambung ini, pelanggannya banyak yang mengajukan protes, lantaran produsen mengurangi ukuran dari tempe dan tahu yang dijualnya.
“Kedelai mahal nduk (nak), sekarang ukurannya jadi lebih tipis, mau saya kembalikan tapi saya nggak tega karena sudah diantar. Banyak pelanggan yang protes juga, tapi mau bagaimana lagi keadaannya memang begitu,” pungkasnya. [Sav/Dwi]
Temukan konten berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS