Reporter : Muhammad Nurkholis
blokTuban.com- Desa Kebomlati, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban memiliki sebuah tradisi unik yang masih di jaga sejak dulu. Tradisi tersebut ialah mandi di Sungai Bengawan Solo bagi para balita.
Inti dari kegiatan tersebut ialah meminta keselamatan untuk di dunia dan akhirat kepada tuhan yang maha esa. Diawali dengan kirab bayi yang akan di mandikan dengan iring-iringan tim ibu ibu karnaval yang berjalan serta perpaduan suara drum juga alat-alat seadanya seperti kaleng.
Setelah sampai di lokasi pemandian, para bayi tak langsung dimandikan akan tetapi dilakukan tradisi salametan dulu dengan dipimpin tokoh agama setempat untuk mengucapkan doa.
Setelah slametan barulah para bayi dimandikan dengan disebutkan satu persatu namanya. Proses pemandian dilakukan oleh salah satu tokoh masyarakat setempat, dan jika bayi sudah mandi, maka ada salah seorang yang akan membakar sajen dari bayi yang telah di mandikan tersebut.
Selepas itu, bayi yang sudah dimandikan akan dikasih paha ayam yang telah di goreng. Kegiatan ini berlangsung sangat ramai bahkan para warga rela berdesak-desakan untuk menyaksikan prosesi ini.
Baca juga :
- Tradisi Bulan Suro, Begini Ritual Jamas Pusaka di Tuban
- Baritan, Tradisi Masyarakat di Tuban Menyambut 1 Suro
Lalu. setelah semua acara selesai kepala desa beserta perangkat desa membagikan uang receh kepada anak-anak setempat dengan melemparkan uang tersebut. Sontak, anak-anak desa setempat ramai saling rebut uang tersebut.
Menurut Kepala Desa Kebomlati, Munijan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan budaya karena sudah ada sejak nenek moyang terdahulu. Tujuannya tak lain agar para bayi yang ada di sini selamat dunia dan akhirat
“Tujuannya ya biar slamet dunia akhirat serta uang yang di bagikan bertujuan sebagai rasa sukur atas rezeki yang telah Tuhan beri,” ucap Munijan kepada blokTuban.com, Selasa (9/08).
Letak geografis desa yang berada di tepian Sungai Bengawan Solo, lanjut Munijan bahwa mata pencaharian masyarakat Kebomlati banyak yang mencari ikan di sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Petinggi desa yang rawan banjir itu, menambahkan siapapun yang telah membeli air Bengawan di Desa Kebomlati diharapkan bertambah keselamatannya karena jiwanya sudah menyatu dengan dengan Bengawan Solo.
Tradisi tuku banyu Nggawan juga diikuti oleh beberapa orang pendatang yang mempercayainya khasiat membeli air Bengawan, dan tak hanya bagi bayi di deas setempat saja. Sedangkan pemberian paha ayam, Munijan kurang mengetahui alasannya akan tetapi menurutnya itu sebagi bentuk menyenangakn bayi yang telah dimandikan tersebut.
"Kegiatan ini di ikuti oleh 10 peserta bayi," terangnya
Kholisatun Nisa (35), salah seorang ibu yang memandikan bayinya mengatakan, ia sudah ketiga kalinya memandikan bayinya di Bengawan Solo. Berbeda dengan Kholisatun, ibu muda bernama Nurul Arifah (25) baru pertama kali memandikan bayinya di Bengawan Solo karena ia baru memiliki satu orang anak yang berumur 2 Tahun 5 bulan.
"Tujuan memandikan balita juga sama biar selamet dan panjang umur," sambung ibu-ibu secara kompak.
Setelah semua rangkaian acara selesai kepala desa bersama tim ekspedisi Bengawan Solo, langsung melakukan kegiatan lepas bibit ikan di sungai. Kegiatan tersebut tidak termasuk dalam serangkaikan acara tuku banyu Nggawan, melainkan bertujuan agar ekosistem Sungai Bengawan Solo tetap terjaga. [Nur/Ali]
Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS