Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Pupuk kompos merupakan jenis pupuk organik yang dihasilkan dari penguraian limbah. Sebagai pupuk organik, kompos dikenal sebagai bahan terbaik untuk pembenahan tanah secara alami.
Pada umumnya terdapat unsur hara makro N,P,K rendah yang terkandung di dalam pupuk kompos. Dalam jumlah kandungan hara mikro tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Biasanya kompos dibuat dari berbagai macam bahan, salah satunya adalah kotoran hewan yang sering dianggap sebagai hal yang menjijikan bagi kebanyakan orang. Namun ternyata ada banyak manfaat yang terkadung di dalam limbah kotoran hewan tersebut.
Salah satu desa yang memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk kompos ialah Desa Trutup, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, yang memanfaatkannya sejak 2 tahun yang lalu.
Keunggulan dari produk yang dihasilkan oleh Desa Trutup, ada pada kompos yang tidak berbau, sehingga banyak masyarakat yang menyukai kompos asli buatan warga sekitar tersebut.
“Ini kami ambil dari keluh kesah pedagang, kalau ambil dari kami alhamdulillah tidak ada baunya soalnya kami memang melalui proses fermentasi, sehingga walaupun termasuk baru ini sudah bisa diterima di pasar,” Kata Slamet Widodo, Kepala Desa Trutup saat ditemui blokTuban.com pada Jumat (24/12/2021).
Selain dari kompos yang tidak berbau, Slamet melanjutkan bahwa pihaknya juga mengutamakan kualitas asli dari kotoran ternak, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai media tanam.
“Sudah kami proses melalui fermentasi untuk media tanam sangat bagus, harganya sekitar Rp5 ribu sampai Rp6 ribu saja per kemasan,” imbuhnya.
Biasanya proses pembuatan kompos kotoran ternak tersebut membutuhkan waktu minimal 15 hari, karena harus dilakukan fermentasi terlebih dahulu sekisar dua minggu lamanya.
“Dua minggu setelah itu baru dibuka dan di angin-anginkan gas nya setelah habis baru kita proses kita hancurkan soalnya ada yang menggumpal,” ucapnya.
Karena kompos tersebut menggunakan kotoran hewan, maka saat musim penghujan datang maka sangat berpengaruh pada proses produksi kompos. Pasalnya di musim penghujan, baik kotoran sapi maupun kambing mengalami kelembapan yang tinggi.
Oleh karena itu untuk ke depannya, Kepala Desa Trutup tersebut mengatakan agar bisa berkembang lagi. Maka saat musim kemarau, pihaknya akan menimbun persediaan limbah kotoran hewan. Agar saat musim penghujan datang, proses produksi tetap berjalan dengan lancar.
“Ini saja untuk musim penghujan ini yang stok kemarin satu tempat sudah hampir habis, kehabisan bahan baku. Memang kalau musim penghujan agak kesulitan karena kami baru memanfaatkan limbah-limbah dari peternakan di lingkungan sekitar,” ungkapnya.
Selain sebagai produk desa, adanya pemanfaatan limbah tersebut juga berdampak positif bagi lingkungan sekitar. Hal tersebut terkait dengan sanitasi dan juga kebersihan dilingkungan desa.
Dengan demikian, besar harapan dari pihak desa adanya peran serta pemerintah terkait untuk menjembatani agar produk yang telah dihasilkan oleh Desa Trutup tersebut bisa lebih diterima lagi oleh masyarakat luas.
“Harapan terkait dengan alat-alat, karena saat ini sistem pengerjaan masih dikerjakan secara manual barangkali ada bantuan dari pihak terkait, dengan usaha yang ada di kami entah itu musim penggiling dari kompos tadi, itukan benar-benar kami butuhkan,” ungkapnya.
Ia melanjutkan jika potensi dari kompos tersebut sangat besar, karena nantinya bisa dikerjakan dengan kelompok, sehingga bisa menambah penghasilan dan mengurangi pengangguran.
“Soalnya di tempat kami ada banyak peternak yang mempunyai lahan, hanya mempunyai kandang tidak memikirkan pembuangan limbah sehingga pembuangannya sembarangan. Alangkah baiknya seumpama ada peran serta dibuatkan tempat penampungan, sehingga nantinya bisa digunakan oleh kelompok-kelompok tersebut,” tuturnya. [sav/lis]