Reporter: -
blokTuban.com - Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini perlu menjadi perhatian orangtua. Sebab, pencegahan lelaki menjadi pelaku kekerasan seksual perlu dilakukan sejak dini.
Baru-baru, seorang guru diketahui memerkosa hingga menghamili santriwati asuhannya. Belum hilang dari ingatan pula, kasus bunuh diri yang dilakukan mahasiswi karena dipaksai melakukan aborsi oleh kekasih.
Mengutip Slate.com, kasus kekerasan seksual sangat erat hubungannya dengan pendidikan, pola asuh, dan lingkungan tumbuh kembang anak.
Untuk itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak lelaki hal-hal yang bisa mencegahnya menjadi pelaku kekerasan seksual di masa depan. Apa saja?
1. Buat Anak Nyaman Mengekspresikan Emosinya
Memarahi anak lelaki saat menangis dan menyebutnya seperti anak perempuan bukanlah cara yang tepat untuk mengajarkan kontrol diri pada anak.
Melakukan hal justu menyuburkan stigma bahwa anak laki-laki merupakan sosok yang tabah dan kuat fisiknya serta anak perempuan sebagai pihak yang lemah dan emosional. Ke depannya, anak bisa menganggap salah satu satu jenis kelamin memiliki kekuataan dan kompetensi sedangkan yang lain tidak.
Menolak anak laki-laki untuk bebas dalam beremosi dapat merusak persepsi mereka tentang perasaan tidak nyaman atau kesal. Di masa depan, mereka juga akan memiliki waktu yang sulit untuk mengenali hal tersebut di orang lain juga, hal ini juga akan membuat mereka kesulitan dalam mempelajari empati.
Dibandingkan mengatakan kepada anak laki-laki untuk tetap kuat, orangtua seharusnya mengajak mereka berbicara tentang perasaan kesal dan marah yang dialami. Melakukan hal ini akan membantu mereka mengontrol perasaan mereka dan akhirnya mengurangi keagresifan dari fisik seorang anak laki-laki.
2. Ajarkan Anak Berani Membuat dan Menghargai Ruang Pribadi
Mengajarkan anak untuk mengekspresikan rasa sayang, seperti memeluk orang lain, perlu dilakukan dengan kehati-hatian. Jangan sampai anak merasa kasih sayang yang dipaksakan adalah hal yang lumrah dan boleh dilakukan dengan bebas.
Minta anak untuk selalu bertanya sebelum memasuki ruang pribadi orang lain, bahkan ketika ia ingin memeluk nenek dan kakek.
Mendengar anak bertanya “apakah kamu keberatan jika aku memberikanmu pelukan?” mungkin terlihat berlebihan, tapi ini adalah bentuk pendidikan agar anak mengenali batas pribadi dan memiliki kontrol terhadap tubuhnya sendiri.
Ketika anak sudah lebih besar dan memasuki usia remaja, penting juga untuk memberikan penjelasan bahwa persetujuan (consent -red) bukan hanya tentang boleh atau tidak boleh dari salah satu pihak. Kedua pihak harus menyetujui hal-hal apa yang akan dilakukan bersama, sebelum memulainya.
3. Berikan Contoh Secara Langsung di Rumah
Anak-anak cenderung lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat secara langsung, daripada apa yang didengarkan. Karena itu penting bagi ayah untuk memperlihatkan kepada anak lelaki mereka bagaimana cara memberikan perlakuan hormat pada orang lain, terutama lawan jenis.
Tanamkan dalam keluarga bahwa semura orang ingin dihormati, didngerakan, dan diperlakukan adil. Dengan begitu orangtua terlibat dalam pengasuhan yang benar-benar bijaksana, terarah dan responsif terhadap anak.
Lalu, apa yang harus dilakukan orangtua jika anak bersikap agresif dan tidak sopan kepada orang lain? Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah berbicara dengannya mengenai hal tersebut.
Beri tahu alasan mengapa perbuatannya salah dan tidak pantas. Jangan berteriak dan memarahi anak karena bisa menimbulkan efek berlawanan dari apa yang kita inginkan.
Ketika anak sudah beranjak remaja, orangtua perlu memiliki percakapan dengan anak laki-lakinya tentang perubahan fisik yang dialaminya. Duduk sembari berbincang sederhana menjadi langkah awal diskusi keluarga membicarakan pencegahan kekerasan seksual.
*Sumber: suara.com