Sedekah Sampah, Program untuk Didik Anak Peduli Daur Ulang Sejak Dini

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat diperlukan sebagai upaya untuk membina anak-anak dari usia 0 hingga 6 tahun. Dengan memberikan rangsangan pendidikan, baik secara jasmani ataupun rohani pada anak usia tersebut akan memberikan kesiapan bagi mereka untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut.

Pendekatan dalam PAUD dilakukan melalui aktivitas bermain sambil belajar, sehingga selain memberi kesempatan anak-anak untuk mengenal sekolah, juga membantu tahapan tumbuh kembang anak.

Berbagai macam kegiatan seperti menanamkan kejujuran, berbagi ke pada sesama, disiplin, dan sedekah adalah beberapa hal yang diajarkan dalam PAUD. Dikarenakan pada PAUD berorientasi pada kegiatan bermain, tentunya banyak sekali alat-alat pembelajaran yang diperlukan.

Dalam upaya untuk menyediakan alat pembelajaran tersebut, salah satu Kelompok Bermain (KB) di Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban yakni Tunas Bangsa memiliki suatu inovasi sedekah sampah sebagai salah satu program kerja Bunda PAUD Desa untuk mewujudkan PAUD berkualitas.

Sedekah sampah ini selain bertujuan untuk mengajarkan anak-anak bersedekah, juga mengajarkan bahwa barang-barang di sekitar yang tidak berguna bisa dimanfaatkan kembali.

Kepala KB Tunas Bangsa, Fitri Nurul Isnaeni mengatakan sampah-sampah seperti kardus-kardus bekas yang telah disedekahkan akan diolah sebagai alat peraga untuk pembelajaran.

“Toples-toples transparan bekas itu juga berguna untuk pembelajaran di KB karena dengan toples itu anak-anak bisa lihat berbagai isian benda tanpa harus membukanya,” jelasnya saat ditemui Reporter blokTuban.com pada Minggu (28/11/2021).

Kepala Pokja Bunda PAUD tersebut juga mengutarakan untuk memiliki alat pembelajaran dalam KB akan memakan biaya yang besar, sehingga menurutnya dengan adanya sedekah sampah ini bisa lebih menekan anggaran.

“Mindset pendidik anak usia dini ini juga berbeda dengan orang awam, misal kita dapat sedikit kayu saja bisa kita olah sebagai alat untuk bermain sentra peran, seperti kita olah sebagai miniatur meja ruang tamu dan sebagainya,” ujarnya.

KB juga membutuhkan alat-alat yang nyata untuk pembelajaran, Fitri kembali mencontohkan seperti halnya televisi atau radio bekas juga bisa digunakan untuk menunjang pembelajaran.

“Ini TV dan radio bekas meskipun nggak bunyi, setidaknya kita bisa mengenalkan pada mereka bentuk nyatanya seperti apa, agar bisa meraba dan bisa bertanya, tidak hanya dari gambar saja,” paparnya.

Dalam proses mengkreasikan sampah-sampah bekas untuk kegiatan KB Tunas Bangsa juga terdapat paguyuban dari wali murid, sehingga ikut berperan dalam pembelajaran PAUD. “Wali murid juga mendukung penuh kegiatan ini,” pungkasnya. [din/col]