Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Jika Anda pernah merasakan manisnya jajanan masa kecil ini, masa kecil Anda pasti meriah. Jajanan berasa manis yang cara pegangnya ditusuk dengan lidi bambu, dan bisa dicetak dalam berbagai bentuk. Yup..gulali namanya.
Bagi pecinta jajanan manis pasti sudah tidak asing dengan yang namanya gulali. Panganan yang terbuat dari bahan dasar gula tersebut biasanya sangat digemari anak-anak.
Bagi generasi 90-an, bahkan 80-an mungkin ketika memakan gulali akan membawa kita bernostalgia di masa kana-kanak, karena gulali termasuk jajanan tradisional yang populer di jaman dulu. Namun, sampai sekarang gulali tradisional ini mungkin masih banyak dicari, sayangnya pedagang gulali sudah jarang ditemukan.
Salah satu pedagang gulali tradisional yang telah berjualan berpuluh-puluh tahun adalah Mbok Pah. Wanita yang saat ini berusia 75 tahun tersebut berasal dari Desa Kembangbilo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Meskipun sudah berumur, Mbok Pah setiap harinya masih bersemangat untuk menjajakan gulali yang dijualnya di sekolah-sekolah.
“Mboke sudah berjualan dari jaman dulu, mungkin ya ada kalau 20 tahun lebih,” jelasnya pada (11/10/21).
Mbok Pah menjelaskan jika bahan dasar untuk membuat gulali tidak banyak, yakni hanya legen, gula, dan pewarna makanan saja.
“Cuma itu bahannya, legennya juga harus legen asli kalau yang campuran ya nggak bisa jadi gulali,” jelasnya.
Meskipun bahannya hanya sedikit, Mbok Pah mengatakan yang paling menghabiskan waktu adalah proses membuat gulalinya yang harus dua kali direbus di pagi dan sore hari. Pertama merebus legen sampai kental di sore hari, kemudian disaring, lalu paginya direbus lagi untuk ditambah gula dan dibiarkan sampai kental.
“Nah merebusnya sendiri itu yang lama, seumpama pakai gas bisa itu sehari habis satu tabung gas, tapi mboke bikinnya masih pakai pawon, jadinya pakai kayu bukan gas,” imbuhnya.
Ibu dari 6 anak tersebut biasa berjualan gulali di sekolah-sekolah dasar karena memang gulali adalah jajanan kegemaran anak-anak, meskipun tidak menutup kemungkinan masih banyak orang dewasa yang juga menyukai jajanan tersebut.
“Jualannya pindah-pindah, kadang di SD Ronggomulyo 1, Ronggomulyo 4, SDI, SMPN 3, sama PGRI biasanya, terus kalau sore belum habis tak jual di ngajian,” ujarnya.
Ia biasanya mulai berangkat berjualan jam setengah 7 pagi dan pulang pukul 3 sore. Gulali Mbok Pah dalam setiap harinya masih selalu laku, meskipun kadang tidak selalu habis juga.
Gulali yang di jual Mbok Pah seharga Rp 2.000 per tusuknya, namun Ia mengaku jika yang membeli anak-anak kecil kadang berapun belinya akan diberikan oleh Mbok Pah.
“Namanya anak kecil, kadang ya ada yang beli 1000 atau berapa gitu tetap tak kasih,” jelasnya.
Mbok Pah juga bercerita bahwa pembelinya juga banyak dari kalangan ibu-ibu yang sekalian mengantarkan anaknya ke sekolah.
“Kadang juga ada yang pesen ke mboke, pesennya banyak kadang pesen 100, 200 gitu buat di bawa ke luar kota,” tutupnya.[dina/ono]