Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Nama Serabi mungkin sudah tidak asing lagi bagi semua kalangan. Hal itu disebabkan karena jajanan tradisional satu ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Meski jajanan ini sudah tergolong tua, namun ia masih tetap eksis di zaman yang sudah modern ini.
Hingga saat ini banyak yang masih menjajakkan jajanan legendaris satu ini, salah satunya Nur Fadhillah (24), ia berjualan serabi sejak satu bulan yang lalu, karena meneruskan usaha yang sudah dirintis oleh sang ibu selama 25 tahun lamanya.
Setiap harinya, ia berjualan serabi di dua tempat yaitu di pasar Klotok, Kecamatan Plumpang saat pagi dan sore hari di depan rumah pribadinya. Tidak sulit menemukan tempat jualannya yang ada di Desa Bandungrejo, Plumpang tersebut, lantaran dipinggir jalan yang menuju gang rumahnya sudah ditempel spanduk yang bertuliskan ‘Serabi Mbak Tik’.
Letak rumahnya dari spanduk itupun tak jauh, hanya kisaran 200 meter. Agar tidak tertinggal oleh zaman dan lebih inovatif, Fadhillah memberikan jajanan yang berbahan utama tepung beras tersebut dengan berbagai rasa toping. Seperti serabi kelapa, serabi santan, serabi gula merah, serabi keju, dan juga serabi meises.
Harga dari serabi-serabi tersebut juga sangatlah murah, hanya kisaran Rp. 1.500 hingga Rp. 5.000 tergantung rasa toping yang diminta oleh pelanggannya.
“Kalau serabi kelapa harganya Rp. 1.500, kalau yang pake toping bermacam-macam itu harganya Rp. 5.000 isi tiga,” jelasnya saat ditemui oleh blokTuban.com pada Sabtu, (9/10/2021).
Biasanya ia berjualan serabi didepan rumahnya pukul 15.00 WIB hingga malam, tergantung seberapa cepat dagangannya tersebut laris diserbu oleh para pelanggannya.
“Habis ashar gini sudah buka, kalau tutupnya nggak mesti kadang cepat kadang nggak, kemarin jam 21.00 baru tutup soalnya masih banyak,” tuturnya.
Fadhillah mengaku setiap harinya ia bisa menghabiskan hingga 8 kg adonan tepung beras. Bahkan banyak pelanggan yang membeli dalam jumlah besar untuk berbagai macam hajatan. Sebagai generasi milenial wanita ramah ini juga memanfaatkan sosial medianya sebagai ajang promosi setiap harinya.
“Kemarin waktu Rabu wekasan itu juga banyak yang pesan serabi, kadang juga sampai kuwalahan sendiri,” ungkapnya.
Selama berjualan jajanan yang dipanggang di atas tungku berbahan dasar tanah liat tersebut, Fadhillah tidak pernah merasa bersaing dengan pedangang yang lain, sudah cukup banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan serabinya terlebih di dalam pasar, lantaran sudah eksis berpuluh-puluh tahun.
“Mungkin karena rasa dan teksturnya yang lebih lembut,” tuturnya. [sav/sas]