Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Awan cerah menghiasi langit wisata alam pemandian Bektiharjo, Kecamatan semanding, Kabupaten Tuban kala itu. Wahana rekreasi andalan Bumi wali, sebutan kota Tuban mendadak ramai. Padahal sehari-harinya tutup karena pandemic covid-19. Bukan wisatawan yang hilir mudik, namun wanita paruhbaya dengan menenteng nasi tumpeng dan kue, satu persatu memasuki wisata yang menyajikan kejernihan mata air dan ratusan monyet liar nan jinak.
Rupanya, pagi itu Warga Desa Bektiharjo dan sejumlah warga desa disekitarnya sedang menggelar sedekah bumi. Acara tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh para leluhur itu, merupakan bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas semua karunianya yang diberikan kepada warga. Sebab, dari mata air sumber Bekti Harjo, kebutuhan air rumah tangga dan pertanian mereka tercukupi.
Sedekah bumi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, masyarakat setempat sadar dan patuh terhadap anjuran pemerintah dengan tidak menggelar acara yang menimbulkan kerumunan yang sangat besar.
Sebelum wabah pandemi turun, sedekah bumi biasanya dirayakan dengan pementasan seni tradisonal asli Tuban “tayuban” atau “sindiran” (seni tari dan suara). Meski acara yang sederhana, warga tetap antusias mengikuti kegiatan tumpengan dan doa bersama dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes).
Selain tumpengan serta memanjatkan doa, warga sekitar juga memiliki taradisi memberikan makan kera (Monyet) serta ikan yang berada di kawasan sendang pemandian bektiharjo. Menurut kepercayaan warga, Dua hewan tersebut memang menjadi ikon di lokasi pemandian Bektiharjo dan dianggap keramat sebagaia penjaga sumber matair yang mereka minum.
Juru kunci sendang pemandian bektiharjo, Hartono (68) mengatakan, kegiatan sedekah bumi dilakukan setiap tahun, tepatnya adalah Rabo Pon sebagai wujud syukur kepada Allah SWT. Menurutnya, budaya tan tradisi dari leluhurnya itu harus tetap lestari meski dalam kondisi apapun.
“Sedangkan pemberian makan kera dan ikan lantaran satwa tersebut turut menjaga kelestarian alam disekitar sendang pemandian Bektiharjo,” tutur pria yang sudah bertahun-tahun menjaga wisata tersebut.
Bagi warga, ritual sedekah bumi yang dilakukan, selain perwujudan rasa syukur, tali silaturahmi antar warga tetap terjaga. Sebab, makanan yang mereka bawa dikumpulkan dan dibacakan doa, lalu menyantap makanan bersama.
Usai makan bersama, beberapa warga langsung membasuh tangan dan muka di air sendang yang jernih. Beberapa terlihat menaburkan makanan di sendang, dan juga ada yang membawakan buah-buahan agar bisa disantap kera-kera yang ada di sekitar pemandian.
"Iya, ini juga sekaligus memberikan makan kepada kera dan ikan di area pemandian Bektiharjo. Kera diberi makan nasi dan sayuran sedangkan ikan diberi makan nasi putih," kata Wartini, ibu yang berusia 54 tahun dengan membawa bungkusan makanan di tangannya.
Acara sedekah bumi nan khidmat dan sakral kali ini diikuti dari warga 5 desa di Kecamatan Semanding, yakni Desa Bektiharjo, Prunggahan Wetan, Prunggahan Kulon, Semanding dan Tegalagung. Mereka datang bergiliran sesuai anjuran panitia agara tidak terjadi kerumunan. [rof]