Mengenalkan Karya Tulis Ilmiah pada Siswa di Masa Pandemi Covid-19

Oleh Suhendra Mulia, M.Si. (Humas Madya LIPI)

blokTuban.com - Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara yang terdampak pandemi Covid-19. Awal diumumkannya Indonesia terkena wabah pandemi pada tanggal 2 Maret 2020 oleh Presiden Republik Indonesia. 

Masyarakat Indonesia mau tidak mau harus mengikuti pola hidup baru dengan melaksanakan protokol kesehatan. Di dunia pendidikan juga mengalami penyesuaian sistem belajar mengajar dengan pembelajaran jarak jauh atau yang sering dikenal daring atau dalam jaringan (sekarang BDR). 

Pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. Mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sekolah-sekolah selalu mengikuti kurikulum pembelajaran yang diberikan dari pemerintah, akan tetapi pembelajaran pembuatan karya ilmiah tidak semua sekolah mengadakannya. 

Ada sebagian sekolah memberikan pembelajaran karya ilmiah yang masuk dalam ekstra kurikuler (KIR), sebelumnya siswa harus dapat mengetahui atau memahami arti dari karya tulis ilmiah tersebut. 

Pengertian dari Karya Ilmiah (sevima.com, 2021) adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya ilmiah berisikan data, fakta, dan solusi mengenai suatu masalah yang diangkat. 

Penulisan karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis. Sedangkan karya ilmiah menurut pandangan Eko Susilo (sevima.com, 2021) merupakan suatu tulisan ataupun karangan yang didapatkan sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari dari berbagai hasil pengamatan, penelitian, dan peninjauan terhadap bidang ilmu tertentu. Yang disusun dengan menggunakan metode tertentu dengan memperhatikan sistematika penulisan yang baik dan santun, serta dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Peminatan siswa dalam mengikuti pembelajaran karya tulis ilmiah atas keinginan atau ketertarikan siswa itu sendiri. Keinginan siswa dalam mengikuti juga tak lepas dari passion siswa dengan memiliki naluri yang timbul di dalam hatinya dengan rasa penasaran/pertanyaan pada lingkungan atau keadaan di sekitarnya.

Dengan mengharapkan jawaban secara ilmiah. Passion(finansial.com, 2021) adalah sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, tanpa paksaan dan suatu bentuk panggilan dari alam bawah sadar seseorang. 

Dilakukan secara terus menerus, tidak pernah merasa bosan, tidak memikirkan untung dan rugi, serta jika tidak dilakukan akan merasa ada sesuatu yang kurang. Sedangkan pengertian karya tulis ilmiah menurut KBBI merupakan karya tulis yang dibuat menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan fakta (observasi, eksperimen, dan kajian pustaka).

Antusias Siswa Pada Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Pandangan Maxensius Tri Sambodo, Ph.D., Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Ekonomi LIPI yang juga sebagai Pembina Kelompok Ilmiah Remaja mengatakan pengenalan dan pelatihan pembuatan KTI kepada siswa cukup baik, untuk memberikan literasi kepada siswa akan cara-cara membuat tulisan yang baik. 

Dalam kurun waktu satu tahun lebih Indonesia terdampak pandemi Covid-19, dimana salah satunya dunia pendidikan pun mengalaminya, termasuk kegiatan pembinaan KIR. 

Adanya pelatihan KTI secara virtual/daring dalam kondisi saat ini adalah pilihan terbaik, agar pembelajaran berjalan efektif perlu adanya penugasan kepada siswa yang dapat diperbanyak.

Pendapat yang sama dari Dr. Nurul Dhewani Mirah Sjafrie M.Si., Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang juga sebagai Pembina Kelompok Ilmiah Remaja menyampaikan bahwa sangat baik pengenalan dan pelatihan KTI oleh siswa, supaya sejak awal siswa mengetahui tata cara menulis KTI. Apalagi di saat pandemi covid-19 ini memang lebih diutamakan pelatihan dilaksanakan secara online/virtual.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak berdirinya tahun 1967 dengan memunculkan suatu program pembinaan ilmiah remaja. 

Dan LIPI dengan konsistennya melakukan pembinaan, di tahun 1969 mengadakan suatu lomba karya ilmiah remaja sebagai ajang mengasah keahlian atau ketrampilan di tingkat nasional. 

Tujuan dari pengenalan dan pelatihan karya tulis ilmiah adalah memasyarakatkan ilmu pengetahuan dengan cara mengasah pengetahuan dengan banyak membaca, melatih membuat tulisan atau transformasi pengetahuan bagi sekolah dengan masyarakat atau orang-orang yang tertarik membaca. 

LIPI di dalam melakukan pembinaan tidak akan berhasil tanpa ada dukungan dari sekolah dan siswa itu sendiri. 

Untuk memberikan pelatihan karya tulis ilmiah para instruktur mempunyai strategi agar siswa dapat mengerti dan memahami materi yang telah diberikan. Maxensius mengutarakan untuk teknik agar siswa bisa paham dalam mengikuti pelatihan, bisa dengan strategi model ‘on-off’. 

Pengertian on yaitu  ada pemberian materi melalui online untuk pengenalan konsep, dan off artinya siswa diberikan penugasan baik individu dan kelompok untuk menyelesaikan tugas, misalkan dalam waktu 1 (satu) atau 2 (dua) hari dilakukan jeda. Dan selanjutnya on lagi untuk evaluasi progress, dan seterusnya. 

Untuk kelebihan dan kekurangan dalam pelatihan karya tulis ilmiah yang dilaksanakan secara tatap muka atau online yaitu sebetulnya tatap muka akan lebih baik karena proses interaksi akan jauh lebih intense. 

Namun demikian, menimbang pada risiko penularan COVID yang masih tinggi, maka model online akan jauh lebih baik.

Pengenalan dalam penulisan karya tulis ilmiah menurut Nurul cukup dengan 1 (satu) hari saja. Dan keuntungan pengenalan dan pelatihan karya tulis secara virtual adalah bisa melibatkan banyak peserta dan murah, namun ada kelemahannya dari sisi interaksi antara instruktur dengan peserta kurang efektif. 

Akan tetapi semua pembelajaran pengetahuan maupun keterampilan tidak lepas dari antusias siswa dimana peminatan pada bidang tersebut apakah tinggi atau biasa saja, bisa saja peminatannya kurang tetapi siswa tersebut memiliki passion dan ketrampilan di bidang tersebut atau sebaliknya. 

Hal ini-lah  siswa yang dapat dikembangkan untuk diberikan pelatihan pembuatan karya tulis ilmiah.(*)