Oleh: Suhendra Mulia*
SAAT INI banyak masyarakat yang berhayal atau berharap kembalinya masa-masa indah di masa lalu. Di pagi hari sering kita melihat masyarakat yang mempersiapkan sarapan untuk anaknya yang akan berangkat ke sekolah dan suaminya yang akan berangkat ke kantor.
Pagi hari merupakan awal dari aktivitas masyarakat, di mana karyawan yang masuk kantor, pegawai yang membuka toko, orang yang akan berobat ke rumah sakit. Juga warga yang akan berbelanja ke pasar. Petani yang berangkat ke sawah, pedagang yang berangkat untuk berdagang dan sebagainya.
Dan pagi, siang dan malam hari kita sering melihat keramaian di jalan orang melakukan lalu lalang dalam mencari kebutuhan yang diperlukan, dan terminal orang sedang mencari angkutan yang akan ditumpanginya, serta banyaknya orang-orang pergi ke tempat ibadah.
Semua itu merupakan kenangan kita di saat sebelum pandemi muncul di kehidupan kita. Sebelum pandemi bagaimana kita tidak dikhawatirkan dengan adanya virus disekeliling kita untuk melakukan kegiatan apapun.
Berangkat ke sekolah, ke kantor, ke rumah makan, ke tempat ibadah, ke tempat rekreasi dan lain sebagainya, dimana pandemi membuat keadaan berubah drastis, dan kita dituntut untuk mengikuti pola hidup baru.
Masyarakat dituntut untuk dapat menerima keadaan saat ini, Indonesia memiliki banyak ragam budaya dan tradisi dari kepulauan nusantara mulai dari suku bangsa, budaya serta adat istiadat. Keberagaman itu menjadi ciri khas setiap wilayah yang ada di bumi nusantara.
Untuk kuliner secara umum hampir seluruh masakan Indonesia memiliki khas dan kaya dengan bumbu dari rempah-rempah. Salah satunya bisa di lihat pada kulinernya yang begitu khas di setiap daerah, hal tersebut tentu menjadi daya tarik tersendiri.
Berbicara soal makanan, rupanya beberapa makanan Indonesia memiliki ke-khas-an dari masing-masing daerah, berikut ini deretan makanan tradisional Indonesia seperti rendang, rujak cingur, coto makasar, gudeg yogya, pindang patin, soto betawi, dan lain-lain.
Situasi yang hampir sama di saat ini dimana pandemi covid-19 banyak perusahaan yang mengalami krisis dan bahkan kebangkrutan. Di sisi lain usaha kecil dan menengah mampu bertahan dengan strategi menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Juga memanfaatkan sumber daya lokal, serta mengikuti perkembangan zaman.
Termasuk saat ini di era digital yang mengharuskan penggunaan teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi digital, UKM memiliki kesempatan sama dengan pelaku usaha besar dalam promosi dan menjual produk.
Melihat Peluang Usaha
Kehidupan normal masyarakat Indonesia sebelum pandemi Covid-19 yaitu dengan melakukan aktivitas perekonomian secara tatap muka langsung dan secara online. Mungkin sebagian besar masyarakat dengan mudahnya ke mana-mana untuk mencari sesuatu yang dicarinya.
Seperti mengunjungi tempat-tempat kuliner nusantara, mall, tempat wisata, dan sebagainya. Untuk terkait belanja online sebagian masyarakat Indonesia pernah melakukan, adapun beberapa situs belanja online sebelum pandemi diantaranya Bukalapak, lazada, shopee, dan bahkan pemesanan melalui jasa ojek online.
Dan disaat pandemi banyak kuliner, toko-toko, dan jasa online membuka layanan online dengan melakukan layanan antar. BPS memaparkan terjadi peningkatan sebesar 42 persen dalam aktivitas belanja online selama pandemi Covid-19, termasuk penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kemudahanan dan keuntungan belanja online antara lain Kenyamanan, Privasi, Lebih Bervariasi, Hemat Waktu dan Biaya, Harga Murah, Stock Tanpa Batas, Obral Diskon. Pemberlakuan social distancing dan penerapan aktivitas bekerja dari rumah alias work from home (WFH)yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan ikut berdampak pada tren minat belanja online orang Indonesia.
Peningkatan masyarakat yang menggunakan jasa belanja melalui online ini menjadi peluang bagi usaha kecil menengah. Saat interaksi tatap muka oleh masyarakat semakin sedikit. Internet saat ini bukan hanya sebagai media informasi dan komunikasi, namun internet mampu menambah pendapatan seseorang dalam perekonomian.
Selain menambah pendapatan seseorang, internet mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam berbelanja secara praktis yaitu dengan adanya belanja online. Belanja menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia. T
ingginya tingkat belanja pada masyarakat, maka terciptalah sebuah inovasi baru dalam berbelanja secara online. Aktivitas belanja online tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan yang modern di kalangan masyarakat.
Masyarakat dan UKM selalu mempertimbangkan prospek yang bagus dan menjanjikan keuntungan dari rencana usaha/bisnis yang akan digelutinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian prospek adalah kemungkinan atau harapan.
Dalam usaha atau bisnis, bisa saja prospek diartikan sebagai hal-hal yang berpotensi memberikan kemungkinan atau harapan mendapatkan untung sehingga bisnis dapat terus berjalan dan berkembang.
Jika usaha atau bisnis dapat menjanjikan prospek yang bagus pastinya akan lebih dipilih karena harapanya akan memberikan keuntungan yang besar.
Mengenal Makanan Kemasan Tanpa Pengawet
Kemunculan belanja online saat ini selain merupakan inovasi baru dalam aktivitas belanja, juga dapat memberikan perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan gaya hidup yang ditimbulkan oleh belanja online adalah sifat konsumtif masyarakat.
Usaha atau bisnis makanan/kuliner merupakan bisnis yang tidak akan pernah mati, karena makan dan minum menjadi kebutuhan pokok atau sehari-hari manusia. Jadi kebutuhan makan dan minum akan selalu dicari oleh masyarakat Indonesia. Dan ini menjadi prospek yang bagus untuk usaha atau bisnis.
Dalam usaha atau bisnis harus bisa menganalisa prospek yang meliputi peluang dan hambatan yang akan dihadapi. Misalnya usaha inovasi makanan kaleng tradisional, terkait dengan peluang masyarakat/UKM harus menganalisa segmen pasar siapa kah orang yang menjadi targetnya, baik dari segi umur, sosial, maupun kemampuan ekonominya.
Untuk itu disaat ini peluang kuliner-kuliner Nusantara dapat dikembangkan secara modern dan higienis. Kenapa kuliner tradisonal, karena makanan tradisional sudah menjadi menu sehari-hari dan cocok dengan lidah masyarakat Indonesia. Kuliner nusantara harus diangkat ke kancah internasional agar semakin lebih dikenal dan mendunia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang memiliki Unit Pelaksana Teknis Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (UPT BPTBA) yang berada di Yogyakarta, telah melakukan kegiatan diseminasi, bimbingan teknis bagi masyarakat Yogyakarta bahkan juga melakukan pendampingan teknologi.
Masyarakat/UKM perlu memanfaatkan teknologi dan hasil penelitian yang dapat membantu dan meningkatkan usaha/bisnisnya. LIPI memiliki Unit Pelaksana Teknis yang bergerak dalam penelitian olahan pangan.UPT BPTBA memiliki peneliti di bidang Teknik Pangan yang bernamaAsep Nurhikmat.
Asep merupakan peneliti yang selama ini memberikan pendampingan teknologi kepada UKM yaitu pengemasan makanan tradisional dengan pengalengan tanpa menggunakan pengawet. Asep berkeinginan makanan tradisional menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan disukai oleh generasi milenial serta manca negara.
Asep merupakan alumnus S-3 dariUniversitas Gadjah Mada di Yogyakartadengan spesialisasi keilmuwan di bidang Teknik Pertanian. Asep sudah berkeliling di beberapa provinsi yang ada di Indonesia untuk memberikan bimbingan teknis dan mendukung pengembangan makanan tradisional.
Asep berpendapat bangsa Indonesia sangat kaya dengan makanan tradisional-nya, untuk itu perlu adanya pemanfaatan teknologi dalam mengembangkan produk lokal dengan kemasan modern.
Masyarakat mungkin sudah mengenal makanan tradisonal dari Yogyakarta berupa gudeg. Dan juga masyarakat sudah mengenal nama Bu Tjitro yang sudah tidak asing lagi di kalangan para penggemar gudeg.
Nasi hangat yang disajikan dengan gudeg kering, buntil daun papaya, sambal goreng krecek, tempe, dan opor ayam atau telur, adalah salah satu sajian khas Kota Yogyakarta yang wajib di nikmati ketika berkunjung ke Yogyakarta.
Gudeg Bu Tjitro sejak tahun 2009 telah melakukan diversifikasi produk mengikuti tuntutan zaman, dengan menawarkan inovasi gudeg kalengan. Inovasi ini bekerjasama dengan UPT BPTBA yang di dampingi oleh Asep Nurhikmat.
Produk yang kerjasama tidak hanya gudeg tetapi ada beberapa produk lainya seperti sayur lombok ijo, tempe kari, tepung BMC tempe, pathilo, teh ling zhie, cranliding, dan mangut lele. Gudeg Bu Tjitro awal pengemasan baru sebatas 300 kaleng/tahun dan tiap tahun-nya selalu meningkat, serta di tahun 2016 sudah mencapai 3001 kaleng.
LIPI menawarkan pengemasan makanan tradisional dengan teknologi pengalengan karena prosesnya tanpa menambahkan bahan pengawet dengan sterilisasi komersial yaitu sterilisasi pada suhu 121 derajat, minimal 3 menit dimana bakteri patogen (penyebab penyakit) sudah hancur tetapi penurunan kadar gizi yang minimal akibat efek panas. Dan makanan juga tanpa ditambahkan MSG/bumbu penyedap dari kimia, serta memilki daya simpan mencapai satu tahun lebih.
Pengawetan dalam bentuk pengalengan merupakan upaya untuk memperpanjang daya simpan bahan makanan sehingga tidak banyak mengalami perubahan, baik rasa, warna, tekstur kenampakan maupun zat gizinya.
Dan juga dapat meningkatkan nilai tambah secara ekonomi.
Hal lain yang diproduksi makanan-makanan praktis yang mudah diolah dan dapat disimpan lama. Karena di era pandemi saat ini banyak masyarakat yang ingin praktis dan stok pangan di rumah.
UKM yang mengalami peningkatan omset sudah harus mengikuti perkembangan era digital dengan Go Online dalam artian produk-produknya dapat dipesan secara online, agar lebih bisa bersaing dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen saat ini. (*)
*Humas Madya