Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Puluhan relawan Tagana, TNI, Polri, Pemerintah Desa (Pemdes) dan pesilat di Kecamatan Rengel serentak menanam 1.000 bibit tanaman vetiver atau akar wangi di Desa Tambakrejo.
Vegetasi sejenis rumput ini sengaja ditanam di lahan kritis sebagai upaya mitigasi bencana longsor dan banjir Sungai Bengawan Solo di wilayah tersebut, Sabtu (27/2/2021).
Desa Tambakrejo, Rengel menjadi yang pertama merasakan dampak luapan Bengawan Solo setiap kali musim penghujan. Rata-rata longsornya bisa tiga sampai lima meter setiap air sungai turun.
Koordinator Tagana Kecamatan Rengel, Sutrisno (45) mengatakan, penanaman akar wangi di akhir bulan februari ini sebagai rangkaian ulang tahun Tagana ke-17 di tahun 2021.
"Longsor di Tambakrejo parah karena musim hujan masih berlangsung. Rumput vetiver ditanam sebagai upaya antisipasi longsor," ujar Sutrisno kepada reporter blokTuban.com di lokasi penanaman.
Di Desa Tambakrejo, lanjut Sutrisno ada 13 titik longsor. Terparah ada di lokasi yang ditanami akar wangi sepanjang satu kilometer. Sedangkan longsor di titik lainnya bervariasi panjangnya mulai 300 sampai 600 meter.
"Pada bulan Desember 2020 lalu, Tagana juga telah melakukan pengukuran titik longsor. Titik awal sekitar 45 meter dengan panjang longsor 5 meter. Titik longsor terpanjang sekitar 530 meter dan longsor 8 meter," sambungnya.
Hilangnya lahan di Desa Takbakrejo karena longsor, menurut data Kepala Desa Tambakrejo, Rengel, Sidekan semula ada lahan seluas 22,84 hektare, sekarang tinggal 3,914 hektare. Kurang lebih 18,970 hektare yang hilang terkikis banjir Bengawan Solo dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.
Di dalam lahan yang hilang tersebut juga termasuk miliknya sesepuh Kades. Luas total lahan Desa Tambakrejo kurang lebih 195,2 hektare. Setiap tahunnya ada pengurangan luasan, karena sepanjang 6 Kilometer batas desa dengan Bengawan Solo belum dibangun tanggul. [ali/rom]