Reporter: -
blokTuban.com - Pernahkah bertemu dengan seseorang baru, dan langsung merasa cocok untuk berbicara dengannya? Kebanyakan dari kita pasti akan menjawab "pernah".
Kemungkinan besar, kecocokan itu merupakan kombinasi dari topik, nada, dan tenor yang terjadi dalam percakapan secara verbal.
Percakapan adalah salah satu cara termudah agar orang-orang bisa saling terhubung, meskipun tidak semua orang suka berbicara.
Memang, beberapa orang memiliki sifat pemalu, suka menyendiri, jauh secara emosional, atau bahkan tidak dapat didekati.
Kendati demikian, keakraban bukanlah faktor penentu kita bisa cocok untuk melakukan percakapan dengan sesorang.
Kita mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bicara lebih dalam dengan teman yang kaku di kantor.
Namun, hanya perlu beberapa menit untuk langsung mengobrol dengan orang asing di tempat umum.
Topik percakapan dan taktiknya
Sebuah kecocokan atau chemistry tercipta melalui percakapan dengan topik yang menyenangkan.
Namun, menciptakan chemistry butuh mempertimbangkan seberapa banyak kata-kata yang dipertukarkan ketika dua orang berbicara.
Selain itu, kita perlu memperhatikan kecepatan, nada suara, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan emosi.
Kita membentuk ikatan antarpribadi dan membangun hubungan nonverbal dalam banyak situasi dengan tipe orang yang berbeda-beda.
Jika kita sedang berusaha membina hubungan secara pribadi atau profesional, mungkin ada beberapa topik yang dapat memecah kebekuan dalam sebuah percakapan.
Misalnya, menanyakan tentang anak-anak adalah topik yang relatif aman dan cenderung mendorong orang untuk terbuka. Bahkan -biasanya, banyak orang akan sangat antusias membicarakannya.
Chemistry melampaui konten
Dalam penelitian yang dilakukan Namkje Koudenburg dan rekan-rekannya pada tahun 2017, mereka mempelajari dampak bentuk percakapan, di luar isi kontennya dalam struktur sosial.
Mereka mengakui pentingnya interaksi sosial untuk pembentukan hubungan sosial dan kelompok.
Di samping itu, mereka memperluas pengetahuan tentang pentingnya konten percakapan.
Mereka juga berfokus pada tindakan percakapan, karena apa pun kontennya tetap bisa memengaruhi rasa solidaritas.
Dari sana didapat temuan, karakteristik mikro percakapan seperti pergantian giliran yang mulus dan keheningan singkat memiliki potensi signifikan memengaruhi regulasi hubungan, serta rasa solidaritas.
Ini merupakan hasil penelitian dari bentuk percakapan yang mewakili struktur sosial kelompok, sekaligus memberikan penilaian berkelanjutan terhadap norma-norma kelompok, hierarki, maupun realitas bersama.
Memiliki frekuensi yang sama
Koudenburg mengungkapkan, rasa solidaritas tidak muncul hanya melalui pertukaran informasi atau membandingkan opini.
Tetapi kebersamaan juga diciptakan melalui pengalaman subjektif yang memiliki frekuensi yang sama.
Oleh karena itu, kita akan lebih berhasil dalam berhubungan dengan orang lain ketika membahas hal-hal yang menjadi kepentingan bersama.
Pikirkan hal ini sebelum kita ingin membuat kesan yang baik, dan bagaimana kita memiliki minat yang sama dengan orang lain.
Nah, percakapan yang berada dalam satu frekuensi dan dapat mencairkan suasana dengan subjek yang dipilih secara aman akan memicu timbulnya chemistry.
Peran hubungan
Penelitian lain dari Zachary G. Baker dan rekan-rekannya pada tahun 2020 menjelaskan, hubungan baik memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan psikologis dasar.
Mereka menggambarkan hubungan baik itu mencakup sesuatu yang positif di antaranya rasa suka, kerjasama, pengungkapan diri, dan afiliasi.
Dalam penelitian tersebut, hubungan yang ditemukan secara mandiri diprediksi membutuhkan kepuasan di bidang otonomi, kompetensi, dan keterkaitan.
Mereka juga menemukan, orang-orang yang saling berinteraksi tidak serta-merta dapat dianggap bersahabat.
Poin terakhir ini menjadi perhatian khusus ketika kita mencoba membangun hubungan dengan kenalan atau bahkan orang asing.
Demi menjalin ikatan sosial, kita tidak hanya membutuhkan interaksi saja, tetapi juga perlu menjaga hubungan baik dengan seseorang.
Intinya, semua ini tentang apa yang kita katakan dan bagaimana kita mengatakannya. Hal yang sama berlaku untuk memicu chemistry melalui percakapan.
Topik, nada, dan tenor berpotensi menjadi dasar untuk membangun relasi, yang memungkinkan kita terhubung secara tepat dengan siapa pun.
*Sumber: kompas.com