Reporter: -
blokTuban.com - Meski angka kehamilan di luar nikah dan penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV dan AIDS terus meningkat, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan menghentikan kampanye penggunaan kondom dan menggantinya dengan edukasi kespro (kesehatan reproduksi).
Dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir pada 2012 ada 48 kehamilan di luar nikah atau tidak diinginkan dari setiap 1000 kehamilan yang terjadi. Penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM pada 2016, menunjukkan separuh lebih dari remaja yang hamil di luar nikah itu berniat aborsi. Dan, angka-angka itu diperkirakan terus meningkat setiap tahun.
Adapun jumlah penderita penderita HIV dan AIDS per 2016 berdasarkan catatan Kemenkes diperkirakan mencapai 640.443 orang. Celakanya per Maret 2019, baru 338.363 orang atau 58,7 persen yang mengetahui status penyakitnya.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (BKSPK) BKKBN, M Yani, mengatakan untuk menekan angka kehamilan remaja di luar nikah dan penyakit menular seksual (PMS) BKKBN tidak akan melanjutkan kampanye penggunaan kondom.
Yani sadar betul tingginya angka hubungan seks di luar nikah di Indonesia yang menurut survey jumlahnya kini mencapai 14 persen (penelitian Reckitt Benckiser Indonesia yang disponsori Durex menunjukkan angka lebih besar lagi, yakni sebanyak 33 persen remaja) dari total jumlah remaja (10-24 tahun) sebanyak 63 juta jiwa. Yang berarti ada sekitar 9 juta remaja yang telah melakukan seks di luar nikah. Kendati demikian, kampanye penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom menurutnya bukanlah satu-satunya upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah meningkatnya angka kehamilan di luar nikah dan PMS.
“Pemerintah, dalam hal ini BKKBN tidak menganjurkan untuk mengkampanyekan penggunaan kondom, tidak. Hanya saja kita tidak melarang kalau ada pihak lain yang melakukannya,” kata Yani di sela Workshop Ekslusif untuk Stakeholder Pemerintah Membangun Keluarga Tangguh yang diselenggarakan Fakultas Psikologi UGM, Kamis (9/1).
Strategi Kespro
Untuk mengganti kampanye penggunaan kondom, BKKBN akan menerapkan strategi edukasi kesehatan reproduksi (kespro) kepada anak-anak sejak usia dini.
Penanaman konsep kespro ini akan dimulai di sekolah dasar dengan memasukkannya ke dalam kurikulum dan mendorong keluarga untuk mau mendiskusikan secara terbuka mengenai kespro. Obrolan soal kespro di tengah keluarga, kata Yani harus mulai dibuka, alih-alih menjadi hal yang tabu.
“Intinya, pembelajaran soal kespro itu harus didapat oleh semua remaja-remaja di Indonesia,” lanjutnya.
Kehamilan di luar nikah yang banyak berakhir dengan aborsi menjadi perhatian khusus bagi BKKBN. Banyak sekali informasi yang beredar tentang cara-cara melakukan aborsi sampai iklannya ditempel di jalan raya maupun lewat media. Karenanya, kata Yani, pemerintah perlu masuk juga ke ranah itu.
“Kita dalam posisi yang tidak menganjurkan abortus, tapi bagaimana membuat jangan sampai anak tidak aman, jadi perannya di sana lah,” ujarnya.
Masuk Kurikulum
Mengenai pendidikan kespro di sekolah, Yani memaparkan, BKKBN akan mengambil inspirasi dari pendidikan kespro yang masuk menjadi pelajaran khusus seperti yang sudah diterapkan di Kabupaten Kulon Progo. Untuk diketahui, Kepala BKKBN saat ini, Hasto Wardoyo, adalah Bupati terpilih Kulon Progo selama dua periode.
Guru yang akan memberikan pelajaran tentang kespro akan diberi pelatihan khusus dan dalam praktik mengajarnya akan dibantu oleh dokter-dokter yang bertugas di puskesmas. Beberapa materi utama yang termuat dalam pendidikan kespro salah satunya tentang penyakit-penyakit seksual, termasuk penyebab dan cara penanganannya.
“Karena peningkatan pengetahuan daripada remaja kita terkait penyakit-penyakit seksual terutama yang HIV AIDS itu penting sekali. Itu (materi) yang akan kami masukkan ke depan,” kata Yani.
Namun, menurut Yani, hal itu bukan perkara gampang untuk diterapkan di seluruh daerah. Ada kultur daerah-daerah tertentu yang sulit menerima pendidikan kespro, terutama karena adanya gambar-gambar alat kelamin. Karena itu, BKKBN akan merumuskan lebih lanjut konsep kespro agar bisa diterima oleh semua daerah.
Apakah strategi baru BKBBN akan efektif menekan angka kehamilan di luar nikah dan sebaran penyakit menular seksual ? Sylvia Asay dari Amerika Serikat menyinggung pentingnya menjadi remaja yang baik.
Membangun Keluarga Tangguh
Prof Sylvia Asay, dari University of Nebraska at Kearney Amerika Serikat baru saja menerbitkan bukunya berjudul ‘Strong Families Around The World: Strength-Based Research and Perspective’. Sylvia bertindak sebagai salah satu pembicara dalam workshop yang berlangsung sampai hari ini tersebut.
Menjawab pertanyaan seusai mengisi workshop, Sylvia mengatakan, untuk menekan angka kehamilan di luar nikah dan penyakit menular seksual, yang terpenting bukanlah penggunaan kontrasepsi, melainkan kualitas remaja yang baik.
Tidak jelas benar apa yang dimaksud Sylvia dengan remaja baik. Buru-buru ia melanjutkan jawabannya dengan, “tapi kalau itu sudah terjadi, maka yang penting adalah memberikan mereka skill untuk membangun keluarga tangguh.”
Ada enam kriteria keluarga tangguh, pertama afeksi dan apresiasi, komunikasi yang positif, komitmen, menikmati waktu bersama, penanaman nilai-nilai spiritual yang kuat, dan terakhir kemampuan keluarga menangani stress dalam kehidupan sehari-hari.
*Sumber: kumparan.
Tekan Angka Hamil di Luar Nikah Tak dengan Kondom, Efektifkah?
5 Comments
1.230x view