Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Bersama sekitar 40 penyandang difabel, Hamim, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Makmur Desa Lengkong, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, memanfaatkan singkong menjadi tepung mocaf sebagai bagian dari usaha mandiri komunitas difabel di Bojonegoro.
“Lewat usaha ini, kami sebagai penyandang difabel mampu membuktikan bahwa kami memiliki daya saing,” ujar Hamim. “Hal ini tidak mungkin kami raih tanpa dukungan dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan SKK Migas,” tambahnya.
EMCL sebagai operator Lapangan Minyak Banyu Urip, atas persetujuan SKK Migas, melaksanakan Program Peningkatan Keterampilan untuk Kaum Muda dan Difabel sejak 2018. Bentuknya, pelatihan usaha pemanfaatan singkong menjadi tepung mocaf. Hamim beserta puluhan penyandang difabel di Kabupaten Bojonegoro mengikuti pelatihan tersebut sejak awal.
Mocaf singkatan dari modified cassava flour. Artinya tepung singkong modifikasi, merupakan salah satu produk hasil olahan singkong berupa tepung. Mocaf dapat menggantikan terigu, karena memiliki karakteristik lembut, putih dan tidak berbau singkong. Seperti tepung terigu, mocaf juga bisa digunakan untuk menghasilkan aneka produk makanan.
Bersama dengan mitra lokal, Yayasan Sikas, EMCL melatih penyandang difabel untuk membuat potongan atau chip tepung mocaf yang terbuat dari singkong dan diolah melalui beberapa tahapan. Setelah chip dihasilkan, tepung mocaf dapat dijadikan beberapa produk olahan seperti kue kering dan kudapan lainnya.
“Semangat teman-teman difabel untuk mengikuti program ini sangat luar biasa,” ujar Yasin, Koordinator Program Yayasan Sikas. “Dengan pendampingan secara intensif, mereka mampu secara mandiri memproduksi chip mocaf tanpa terkendala atas keterbatasan yang dimiliki,” tambahnya.
Selain pelatihan, program ini juga memfasilitasi penyediaan pangsa pasar. Chip mocaf yang dihasilkan dari dua KUB di Kecamatan Balen dan Sumberejo, telah diterima produsen tepung mocaf asal Sidoarjo. Kini, KUB Kecamatan Balen mampu memproduksi hingga 5.000 kilogram/5 ton chip mocaf dalam seminggu.
Hamim pun mengaku senang dan bersyukur sebab dari usaha chip mocafnya, pendapatan keluarga pun bertambah.
“Saya dan teman-teman juga dapat membuktikan bahwa kami bisa mandiri, tidak menganggur dan tidak bergantung pada orang lain sehingga kami dapat dihargai meskipun hidup dengan keterbatasan,” imbuhnya.
Program inisiasi EMCL untuk kaum muda dan difabel ini pun sejalan dengan semangat pemerintah dalam menghapuskan diskriminasi terhadap kaum difabel. Terwujud dalam tema yang diusung Kementerian Sosial untuk perayaan Hari Difabel Internasional 2019 pada 3 Desember, “Indonesia Inklusi Disabilitas Unggul”.
Ichwan Arifin, External Affairs Manager EMCL, menyatakan bahwa dukungan terhadap program ini menjadi bukti komitmen perusahaan dalam pilar pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi.
“Harapannya para penyandang difabel dapat menambah pendapatan keluarga melalui usaha mocaf ini,” ujar Ichwan. “Semoga program ini juga mampu meningkatkan kesadaran berbagai pihak akan potensi kelompok difabel dan mendorong kesetaraan di masyarakat.” tutupnya. [*/Al]