Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Upaya pengurugan tanggul Sungai Bengawan Solo di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban yang retak belum sesuai harapan. Berhari-hari perbaikan melibatkan masyarakat setempat, tetapi tanggul ambles lagi.
Pertama kali tanggul ambles diketahui terjadi pada akhir September 2019. Tepatnya di Desa Sembungrejo Plumpang , tanggul ambles dengan panjang retakan 70 meter, dan kedalaman 60 Centimeter.
Waktu itu, Camat Plumpang, Saefiyudin menjelaskan lokasi tersebut hampir setiap tahun terjadi ambles tanah tanggul. Tahun lalu 2018 sudah dilakukan penanganan darurat oleh BBWS di lokasi yang sama.
Turunnya tanah tanggul terjadi pada saat kondisi air Bengawan Solo mengalami penurunan debit air.
"Oleh karena itu kami berharap penanganan yang bersifat komprehensif tidak bersifat darurat atau sementara," ujarnya.
Pada 2 Oktober 2019, tim Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) telah melakukan upaya jojoh telo pada titik rekahan sepanjang 70 meter dan kedalaman 60 centimeter.
Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Tuban, Edi Prawoto menjelaskan, pada hari keempat tim BBWS melakukan pemadatan retakan dengan alat stamper. Sebelumnya tim telah mendatangkan material untuk menutup bekas sleding tanah.
"Pemadatannya pakai alat stamper," kata Edi.
Berjalannya waktu di akhir bulan Oktober 2019, warga Desa Sembungrejo dan Kedungrojo Plumpang dihantui rasa was-was, karena rekahan tanggul Sungai Bengawan Solo semakin lebar. Kerusakan tanggul penahan banjir tersebut berlangsung hanya dengan hitungan hari.
Relawan masyarakat Desa Kedungrojo, Danarji mengatakan, amblesnya tanggul di perbatasan dua desa ini tergolong cepat. Dua tiga hari yang lalu, rekahan masih bisa dilompati warga. Untuk saat ini warga harus memasang bambu sebagai akses berjalan.
"Rekahannya makin lebar dan berbahaya. Sarga sekarang tidak bisa lewat," terang Danarji.
Prakiraan warga, panjang kerusakan tanggul kurang lebih 110 meter. Resiko yang dihadapi, harta benda dan nyawa warga Plumpang selatan terancam jika sewaktu-waktu banjir datang.
Bupati Tuban Fathul Huda pada Jumat (8/11/2019) sore juga telah meninjau tanggul Sungai Bengawan Solo yang ambles di perbatasan Desa Sembungrejo dan Kedungrojo Plumpang.
Tanggul penahan banjir sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, turun 2,5 sampai tiga meter dari posisi awal. Selain faktor alam, amblesnya tanggul diduga kuat disebabkan praktik tambang pasir yang berada di tikungan sungai.
"Tertibkan tambang sesuai regulasi," pinta Bupati dua periode itu.
Perbaikan tanggul ini merupakan sharing antara Pemkab dan BBWS beserta tenaga warga Plumpang. Sementara ini dana awal yang telah tersedot sebanyak 143 juta rupiah.
Reporter blokTuban.com pada Kamis (14/11/2019) siang datang ke lokasi perbaikan tanggul. Nampak masyarakat bersama BBWS bergotong royong. Datang pula Kapolsek Plumpang, AKP Budi Friyanto.
"Tanggul ambles lagi 2-3 meter dari kedatangan Bupati kemarin," singkatnya.
Keterangan warga setempat, penurunan tanggul terjadi dua tiga hari terakhir. Diharapkan perbaikan rampung sebelum musim penghujan tiba, sehingga kawasan Plumpang terbebas ancaman banjir. [ali/col]