Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Kabupaten Tuban dengan panjang pantai 65 Kilometer membentang dari Kecamatan Palang, Tuban, Jenu, Tambakboyo dan Bancar, memiliki beragam tradisi. Khususnya di kampung nelayan di pusat Kota, dikenal ritual Kyai Mancung.
Ritual dengan simbol kepala Kerbau atau Sapi ini, telah diwariskan lintas generasi. Diantara nelayan yang masih kukuh merawat tradisi ini berada di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban RT.02/RW.06. Selasa (20/8/2019) mereka melaksanakan ritual Kyai Mancung kepala Sapi.
Tahun 2019 ini, ritual digelar sehari sebelum sedekah laut berlangsung. Empat orang bertubuh gempal berkulit sawo matang, tengah bersiap. Mereka menunggu komando dari Ketua RT.02, Widodo untuk mengangkat kepala Sapi.
"Ayo diangkat. Kyai Mancung kita arak dari Jalan Nasional Panglima Besar Sudirman melewati gang utama hingga ke laut," perintah Widodo kepada empat nelayan.
Dengan semangat dan sumringah, keempatnya langsung menandu Kyai Mancung diikuti iring-iringan warga Karangsari berbagai usia. Asap kemenyan membumbung, sembari doa terpanjat dari bibir dan hati nelayan.
Tak sampai 10 menit, arak-arakkan tiba di tepi laut. Sesepuh kelurahan kemudian mendoakan supaya semuanya yang hadir dijauhkan dari mala petaka, dan diberi rejeki melimpah.
Sore itu laut Karangsari sedang pasang. Tiang penyangga Kepala Sapi atau disebut tiang anjir berada cukup jauh dari bibir pantai. Saat rombongan mendekati tiang anjir, ketinggian air laut setara perut orang dewasa.
Anak-anak nelayan yang lihai berenang tak mau diam. Mereka ikut menemani rombongan hingga tiba di tiang dari pohon Bogor, yang dikenal cukup tahan dengan air asin.
Karena tiang cukup tinggi, salah seorang yang ditunjuk memanjat langsung bersiap. Pelan tapi pasti sebuah bendera Merah Putih dipasang diujung tiang lebih awal. Tujuannya turut serta memeriahkan Dirgahayu Republik Indonesia ke-74.
Bendera berkibar tegak, kemudian disusul menaikkan Kyai Mancung. Butuh 15 menitan, untuk menancapkan kepala Sapi itu. Tangga dari besi yang disiapkan langsung dipasang. Gotong royong kuncinya karena yang dihadapi nelayan selain ketinggian adalah ombak.
Ketua RT.02, Widodo merasa lega karena satu tahapan sedekah laut terlampaui. Kepala Sapi adalah simbol raja kaya. Dipasang di tiang tengah laut, sebagai bentuk ungkapan syukur atas rejeki melimpah tahun ini.
"Tahun ini kita pasang kepala Sapi bukan Kerbau," kata Widodo ketika ditemui blokTuban.com seusai berlangsungnya tradisi.
Widodo yang juga merupakan pegiat lingkungan, bercerita jika dahulu kala Kyai Mancung yang digunakan adalah Kepala Kerbau. Nelayan patungan uang untuk membeli seekor Kerbau, sehingga ada istilah duwit Kebo atau uang Kerbau.
Kerbau yang dibeli waktu itu pilihan yang terbaik. Setelah disembelih, dagingnya dibagikan kepada seluruh warga kemudian Kepalanya dipakai ritual.
Masa-masa itu perlahan berubah. Generasi nelayan Karangsari saat ini, telah sepakat menggunakan kepala Sapi sebagai Kyai Mancung. Belinya pun bukan seekor Sapi utuh, melainkan hanya kepalanya saja di tempat jagal.
"Karena uang yang terkumpul cukup untuk beli kepala Sapi saja," terangnya.
Kendati bukan kepala Kerbau, tapi keyakinan nelayan di Kabupaten berjuluk Bumi Wali tetap sama. Mereka merawat tradisi hanya bermaksud, agar tak lupa siapa yang memberi rejeki selama ini.
Jika di Tuban kepala Sapi ditancapkan di tiang, berbeda dengan di Pasuruan dalam acara petik laut. Sebagai wujud rasa syukur, kepala Sapi tersebut dilarung ke tengah laut untuk dipersembahkan ke penguasa alam semesta.
Begitu pula gelar budaya sedekah laut di Cilacap juga sukses dan meriah. Pada 12 Oktober 2018 lalu, ada 10 jolen/ojo kelalen yang dilarung, yakni satu jolen Tunggul dari Pemkab Cilacap, satu jolen dari HNSI Cilacap dan delapan jolen masing-masing dari rukun nelayan Cilacap.
Sesuai pakem ratusan tahun lampau, sedekah laut diawali malam Towongan. Lantas, pagi harinya, serangkaian prosesi seserahan jolen. Seserahan ini diawali prosesi penyerahan jolen Tunggul kepada sesepuh nelayan.
Para nelayan Cilacap mempercayai filosofi larung kepala kerbau dalam sedekah laut adalah simbol membuang kebodohan dan sifat-sifat kebinatangan, agar manusia menjadi manusia seutuhnya.
Beragam cara nelayan di Indonesia menunjukkan wujud syukurnya. Sedekah laut salah satunya yang masih dirawat oleh nelayan Kabupaten Tuban dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa.
Adapun agenda sedekah laut Karangsari, pada Rabu 21 Agustus 2019 pukul 08.00 Wib, yaitu arak-arakan dari Kantor Kelurahan Karangsari di Jalan Diponegoro menuju ke TPI Timur menyisiri jalan Pantura nasional. Dilanjutkan larung sesaji ke tengah laut. [ali/rom]
Ritual Kyai Mancung di Tuban, Dulu Kerbau Kini Sapi
5 Comments
1.230x view