Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com- Awal musim penghujan telah menyapa sejumlah wilayah di Kabupaten Tuban. Berbagai aktivitas warga masyarakat yang mayoritas petani pun tengah mempersiapkan olah lahan tanaman penyesuai musim. Sebagai wujud syukur, ada tradisi unik yang dilakukan warga Desa Ngarum, Kecamatan Grabagan untuk menyambut hujan, yakni dengan Serabian.
Serabian merupakan tradisi turun temurun yang berbentuk tasyakuran umum dengan menggunakan makanan Serabi itu dilakukan pada setiap awal musim penghujan tiba. Tepatnya pada malam Jumat Pahing.
"Sejak hari Kamis kemarin, warga seharian sudah buat Serabi untuk bancakan (tasyakuran Red)," kata salah satu warga, Siti Aminah kepada blokTuban.com, Jumat (23/11/2018).
Dia menambahkan, Serabi dengan tambahan kuah santan maupun gula merah cair atau sering disebut warga setempat Juroh, yang telah dibuat oleh warga desa Ngarum kemudian dikumpulkan menjadi satu di musala atau langgar terdekat masing-masing.
"Dikumpulkan jadi satu, ngumpul blok di langgar yang paling dekat. Waktunya sehabis Salat Subuh, sesudah salat langsung bancakan," jelasnya lagi.
Dari hal tersebut, masyarakat satu desa membuat serabi juga. Tak hanya dibuat tasyakuran bersama, menyambut hujan turun, akan tetapi juga dibuat sebagai ajang silaturahim antar warga dengan mengirimkan olahan serabi ke tetangga-tetangga.
"Setelah acara di musala, kalau sisa ya dibawa pulang. Serabi juga ada yang ditaruh, digantungkan di atas sudut pintu atau salah satu sisi rumah," terang Herli, warga lainnya.
Tradisi budaya Serabian memang hampir mirip dengan tradisi Kupatan yang biasanya dilaksanakan menjelang dan akhir bulan Ramadan. Bedanya hanya pada media yang dipakai saja.
Namun begitu, sejarah tentang asal muasal tradisi Serabian yang hanya ada di Desa Ngarum itu telah mengalai sejumlah perubahan sistem sebab penyesuaian keadaan. Sejarah tentang mengapa tradisi itu terus dilakukan, juga belum tergali secara gamblang oleh sumber yang jelas. [feb/col]