Peresensi : Yayuk Ida Rahayu
Maria Celia Lahir pada tanggal 2 Desember 1923, terlahir dengan nama Maria Anna Sophie Cecilia Kalogeropoulos orang tuanya imingran yunani. Ia pernah belajar di National Conservatoire, Athena dan Paris pada tahun 1964, Sir David Webster direkrut Royal Opera Housedi London menggambarkannya sebagai “Seniman Teater Musik terhebat pada masanya”. Maria Celia adalah “La Divina” Seorang penyanyi sopran oper paling terkenal. Namun diantara penyanyi sopran ia punya saingan berat pada abad ke-20. Ia juga pernah memerangi film, Film yang pernah dibintanginya antara lain “Callas Forever (2002), Medea (1969), dan Maria Calas potrait (1968). Lahir di New York City dan dibesarkan oleh seorang ibu yang keras, ia memperoleh pendidikan musik dan mulai membangun karirnya di italia. Hidupnya yang penuh tragedi sering membayangi karirnya. Pada tahun 2006 ia mulai menulis opera news mengenai callas.
Novel yang “berjudul Gejolak Jiwa Remaja” ini menceritakan pertengkaran antara Rangga dan Wulan yang sudah terjadi sebelum mereka kenal yang mana pertengkaran itu berawal ketika mereka saling bertemu di jalan, pada saat itu mobil yang sedang dinaiki Wulan bersama sopirnya telah memotong jalan roda dua yang pada saat itu ada sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh Rangga hendak menuju ke sekolah untuk mengikuti upacara hari Senin, hingga membuat Rangga berhenti mendadak. Untung saja Rangga memegang erat stang motornya hingga ia terselamatkan. Rangga sangat jengkel lalu ia berteriak “syetannn”. Hingga teriakan itu didengarkan oleh seorang gadis yang turun dari dalam mobil tersebut rupanya dia adalah Wulan gadis yang cantiknya seperti bidadari turun dari khayangan. Jantung Rangga berdebar seketika melihat gadis itu, begitupun Wulan jantungnya juga berdebar begitu kencangnya. Rangga menghampiri Wulan dan memaki-maki Wulan karena menurut Rangga ini jalan umum bukan milik nenek moyang gadis tersebut dan Rangga tidak terima mentang-mentang anak orang kaya seenaknya saja dijalanan. Keduanya saling beradu kekuatan vokal namun dengan mata saling memandang ke wajah lawan, lalu Wulan menangis. Dan Rangga meninggalkan wulan begitu saja sambil berkata “Dasar perempuan bisanya Cuma nangis”.
Wulan adalah salah satu siswa baru pindahan dari Bandung yang akan melanjutkan sekolahnya di salah satu sekolah SMU di Jakarta.. Pagi itu wali kelas memasuki ruang kelas dan memperkenalkan Wulan pada anak-anak di dalam kelas tersebut. Hampir semua mata tertuju pada Wulan. Wulan pun begitu tidak hanya kaget bahkan ia sampai shock berat ketika melihat Rangga yang ia temui tadi pagi dijalan. Ternyata ia adalah salah satu siswa teladan dan berprestasi yang membawa nama sekolah menjadi lebih baik lagi. Di sekolah rangga diidolakan oleh para cewek-cewek. Dengan mengerutkan alisnya Rangga bercerita kepada teman-temannya bahwa ia sudah saling kenal dengan Wulan dan kenangan itu begitu indah. Tetapi Wulan juga begitu ia menceritakan kepada teman-temannya bahwa memang benar ia sudah kenal dengan Rangga bahkan kenal pertama kali dengan kenangan yang tak bisa terlupakan. Dalam hati Wulan berkata “yaitu sebuah bendera perang yang sudah aku kibarkan Rangga”. Wali kelas pun bingung maksud dari keduannya hingga pada akhirnya Wulan dan Rangga menceritakannya. Tak heran jika keduanya seperti kucing dan tikus yang tak pernah akur baik di kelas, di kantin maupun di luar sekolah.
Hari pertama wulan masuk pelajarannya adalah PPKN. Tidak seperti siswa-siswi yang lainnya memperhatikan dengan tekun, Wulan sering menengok ke arah Rangga begitupun Rangga menengok ke arah Wulan dengan senyum yang menawanhingga membuat hati wulan klepek-klepek tak karuan. Wulan selalu menyembunyikan perasaannya sedalam mungkin di lubuk hatinya,andai saja pertemuan ini baik-baik mungkin tak akan seburuk ini. Wulan dan Rangga adalah pasangan yang serasi di Sekolah. Banyak guru yang menilai keduanya sama-sama cerdas dan serasi bila dipasangkan. Namun sayangnya mereka selalu bertengkar ketika jam pelajaran telah di mulai. Rangga menggerak-gerakkan tangan kanannya ke arah Wulan hingga Wulan berdiri dari kursi tempat duduknya dan berkata “Dasar cowok brengsek”. Pak.Rusli guru PPKN waktu itu kaget dengan ucapan wulan dan meminta Rangga untuk keluar dan tidak mengikuti pelajaran. Tapi bukan hanya saja yang keluar, kedua teman dekatnya yang bernama Diding & Dudung juga ikut keluar beserta teman-teman yang lain hingga tersisa 9 anak yang mengikuti pelajaran di kelas.Kepala sekolah melihat Rangga dan teman-temannya dengan heran dan menghampirinya. Llau Rangga menceritakan bahwa ia selama ini tidak pernah bikin ulah di Sekolah justru ia selalu bikin bangga sekolah dengan prestasinya. Kepala sekolah pun memanggil Pak.Rusli dan memberitahu kepada beliau agar tidak mudah percaya dengan anak baru di Sekolah ini, kemudian Rangga dan teman-temannya masuk kembali ke dalam kelas untuk megikuti pelajaran.
Ribut lagi dan ribut lagi keduanya memang tidak bisa dikasi tau entah maunya apa, belum cukup teguran yang diberikan oleh gury kepada keduanya. Entah siapa yang salah dan siapa yang benar dan entah siapa yang memulai. Guru BP saja merasa sudah tidak sanggup menangani keduanya karena sudah berulang kali didamaikan tapi tetap saja kembali ribut.Pertengkaran di antara keduanya semakin menjadi-jadi. Hari kedua masuk Sekolah dengan pelajaran Matematika. Seperti biasanya Wulan selalu menengok ke arah Rangga kali ini dengan melempar sebuah kertas bertuliskan “Dasar banci kayak dua temen lo”, Mmbaca tulisan tersebut Rangga berdiri dan berkata “Dasar cewek coulas”. Wulan akhirnya menangis hingga membuat guru yang mengajar pada saat itu meminta keduanya untuk keluar. Guru BP meminta keduanya mengulurkan tangan masing-masi yaitu Rangga tangan kanan dan Wulan tangan kiri, kemudian mengikat tangan keduanya dan tangan kanan Wulan memegangis sebuah kantong plastik hitam besar. Guru BP meminta keduanya mengambil sampah yang berceceran dan memeasukkannya kedalam kantong plastik tersebut. Keduanya kesulitan berjalan bahkan sempat pipi mereka saling menempel karena tangannya yang diikat. Setelah itu Guru BP memberikan surat panggilan untuk kedua orang tua mereka agar besok datang ke sekolah menemui kepala sekolah.
Wulan dan Rangga pun menceritakan kejadian tersebut kepada kedua orang tua mereka. Keesokan harinya papa Wulan dan papanya Rangga datang ke sekolah untuk menemui kepala sekolah. Papanya Wulan datang terlebih dahulu dan kepala sekolah mempersilahkan duduk. Tak lama kemudian laki-laki setengah tua datang, pada saat itu papanya Wulan menengok ke arah papanya Rangga keduanya berdiri dan saling berpelukan dan saling memanggil nama, melihat hal tersebut kepala sekolah heran. Rupanya mereka berdua sudah saling mengenal. Rangga adalah anak dari pasangan Sambudi dan Sri Astuti yang mana mereka adalah teman dekat bahkan sudah seperti saudara papanya Wulan yaitu Sulistio dan Setiorini. Kepala sekolah tersenyum melihat keakraban keduanya, lalu mengapa putra dan puri mereka seperti kucing dan tikus yang setiap hari bikin keributan. Kepala sekolah meminta keduanya untuk mennyarankan anak-anak mereka agar tidak berulah lagi, jika tidak bisa diberi tahu maka jalan satu-satunya adalah di keluarkan dari sekolah. Lalu papanya Wulan berkata “Maafkan anak-anak kami pak mereka tidak tahu bahwa kedua orang tuanya bersahabat dari kecil bahkan kami sudah sepakat menjodohkan keduanya”.
Sesampainya di rumah Sulistio menceritakan kepada istrinya bahwa ia telah bertemu dengan Sambudi dan juga Sri Astuti sahabat dekatnya yang ia cari-cari selama ini. Lalu keluarga Sulistio hendak datang memenuhi undangan makan malam di rumah Sambudi. Ketika Wulan baru saja sampe rumah papanya langsung berbicara dengannya agar tidak membenci Rangga lagi dan menyuruh Wulan menyudahi pertengkarannya di sekolah, Wulan juga akan dijodohkan dengan anak om Sambudi dan tante Sri. Wulan kaget seketika ia dihadapkan pada dua pilihan yaitu menerima perjodohan ini dengan laki-laki yang sama sekali belum ia kenal ataukah menuruti kata hati yang sebenarnya ia suka bahkan jatuh cinta pada Rangga. Ia hanya bisa diam menangis membanting tubuhnya di dalam kamar dan meronta-ronta. Lalu mamanya pun mendengarkan tangisan itu dan menceritakan kepada papanya. Kemudian Wulan mengambil handphon dan menelpon salah satu temannya namanya lala mercia ia hendak meminta nomor Rangga karena ia fikir dengan cara minta maaf semuanya akan selesai dan tidak ada lagi pertengkaran di sekolah. Belum juga ia menekan tombol oke untuk menyimpan nomor Rangga tiba-tiba ada panggilan masuk dari no Rangga. Dalam percakapan tersebut Rangga meminta maaf atas segala kesalahan dan Rangga juga berterus terang bahwa dirinya suka sama Wulan dan pengen bersama, tapi kenyatannya tidak bisa karena Rangga akan dijodohkan dengan anak teman dekat papa.
Lalu Wulan juga bilang kepada Rangga kenapa selama ini tidak saling mengakui apa yang sebenarnya ada dalam hati masing-masing, dan sesungguhnya Wulan juga menyukai Ranggadan terus menunggu Rangga mengungkapkan perasaanya kepada Wulan. Tapi Rangga tidak juga mengerti dan mengatakan yang sebenarnya. Kemudian Wulan menutup pembicaraanya dan sekujur tubuhnya lemas. Pengakuan inilah yang selama ini ia tunggu tapi sayang sudah terlambat. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB saatnya Wulan mengusap air matanya dan segera keluar dari kamar untuk berangkat menuju rumah om Sambudi. Begitu mobil marcedez benz yang dikendarai papanya masuk kedalam rumah mewah jantung Wulan berdebar kencang wajahnya berubah gelisah tak karuan bahkan keringat dinginpun keluar dari pelipisnya. Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Sambudi dan Sri Astuti beserta anak kedua Sambudi namanya Mentari. Dengan segera Sulistio dan Setiorini memeluk erat keluarga Sambudi hingga Wulan masih di dalam mobil dan kemudian turun. Dan mereka semua masuk kedalam rumah dihadapkan dengan hidangan makan malam. Om Sambudi juga bertanya kepada Wulan apakah ia benar-benar mau menerima perjodohan ini. Lalu dengan terpaksa Wulan keberatan bahwa perjodohan sekarang dibilang melanggar HAM.
Wulan tak bisa mengingkari perasaan Wulan bukan Wulan bermaksud tidak menghargai tali persaudaraan Wulan di anatara Om, Tante dan juga papa dan mama Wulan. Wulan tidak mau mengulangi kesalahan kedua kalinya, Wulan menolak perjodohan ini dan akan mencari cinta sejatinya dengan harapan setelah Rangga tau bahwa Wulan mencintainya Rangga akan memiliki keberanian yang sama yaitu menentang perjodohan yang dilakukan papanya. Dari dalam kamar dimana mentari masuk keluarlah seorang cowok dengan kepala agak merunduk menuju ke arah meja makan dimana Wulan dan papanya duduk. “Ra..Rangga” ucap Wulan dengan keras. “Wulan!” ucap Rangga seketika. Dan Wulan berkata “jadi “. Lalu om Sambudi berkata “Ya kami memang merahasiakan mengenai kalian agar kalian berdua bersikap dewasa” tutur om Sambudi sambil tersenyum. “Papa dan mama jahat” Ucap Wulan sambil tersenyum. Rangga dan Wulan saling pandang sembari mengerutkan alisnya dan keduanya saling tertawa sehingga semuanya pun ikut tertawa.
Kelebihan Buku
Ceritanya sangat menarik dan Alurnya juga mudah dipahami pembaca, bukunya simpel mudah dibawa dan dibaca dimana saja. Ukuran huruf penulisannya sangat pas tidak terlalu kecil sehingga tidak membuat mata sakit.
Kekurangan Buku
Tidak ada tahun terbitnya, sehingga pembaca tidak thau tahun berapa novel ini diterbitkan, dan sampulnya kurang begitu menarik. Cetakannya kurang jelas karena ada sebagian paragraf yang cetakannya tidak terlihat agak sedikit buram dibacanya. Ada penulisan nama yang salah dan sampulnya kurang menarik seharusnya disesuaikan dengan judul.
Identitas Buku
Penulis : Maria Celia
Penerbit : BINTANG INDONESIA
Kota Terbit : Jakarta
Ukuran Buku : 11.5 x 15.2 cm
Jumlah Halaman : 128 Halaman