Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Salah satu hiburan rakyat yang digelar dalam acara Pesta Rakyat, Gelar Budaya dan Kuliner Bareng Pertamina, adalah seni budaya Janggrung. Kesenian khas Tuban ini cikal bakal 'Langen Tayub'.
Menurut Kasi Pengembangan Kesenian, Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahrag (Disparbudpora) Kabupaten Tuban, Sumardi, Janggrung sudah ada sejak jaman kolonial. Dengan berjalannya waktu kesenian ini memasyarakat dengan sebutan 'Langen Tayub'.
"Janggrung merupakan cikal bakal Tayub Tuban. Dulu namanya Sindir Deprok," kisah Sumardi saat ditemui blokTuban.com di acara pesta rakyat yang berlokasi di alun-alun Tuban, Sabtu (17/11/2018) petang.
Komposisi seni Janggrung ini terdiri dari Sindir, Pengibing dan Panjak. Sindir menurut Sumardi, bertugas membawakan lagu atau gending. Pengibing adalah penari, sedangkan panjak bertugas mengiringi gending yang dibawakan sindir.
Dewasa ini, sindir disebut juga waranggono. Sedangkan aktivitas ngibing disebut warga lokal 'Mayal'.
"Dulu sebenarnya yang nyanyi disebut sindir. Kalau waranggono itu bahasa ningrat," ucapnya menambahkan.
Di masyarakat, gelaran seni Janggrung atau Sindir Deprok digelar saat ada hajatan orang nadzar (janji). Selain itu Janggrung juga ditampilkan dalam rangka cari nafkah.
"Janggrung adalah profesi untuk sarana cari nafkah bagi para seniman. Biasanya main kalau ada orang nadzar dan juga dalam rangka ngamen," pungkasnya. [rof/rom]