Reporter: -
blokTuban.com - Proses memberikan makan kepada anak bukan perkara mudah. Salah satu tantangan yang acapkali dihadapi adalah anak susah makan.
Dalam keterangan pers kepada Kompas.com, Nutricia Advanced Medical Nutrition mengungkapkan, dari riset yang dilakukan Lindberg tahun 1991 terungkap, 50 - 60 persen orangtua mengeluhkan masalah makan pada anak.
Studi di Chicago yang dilakukan Reau tahun 1996 menemukan ada sederet masalah perilaku makan yang paling sering dijumpai pada anak, seperti tidak selalu lapar saat jam makan, mencoba mengakhiri makan setelah beberapa suapan, atau pilih-pilih makanan.
Di sisi lain, masalah makan berdampak buruk terhadap kesehatan anak, seperti gangguan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, dan bahkan kematian.
“Tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 2 tahun sangat pesat. Anak memerlukan pemberian makanan yang mengandung zat gizi mikro (protein, lemak, karbohidrat) dan makro (vitamin dan mineral) untuk mencapai tumbuh kembang optimal,” ujar dr Nur Aisiyah Widjaja, SpA(K).
Hal ini disampaikan dalam keterangan pers Bicara Gizi yang dilakukan Nutricia Advanced Medical Nutrition, Selasa (30/10/2018).
Aisyah melanjutkan, tidak hanya jenis makanan. Banyak yang belum paham bahwa pola pemberian dan perilaku makan juga berperan penting dalam menentukan masa depan anak.
Penelitian di Indonesia menunjukkan, masalah makan dapat diklasifikasikan menjadi inappropriate feeding practice, small eaters, dan parental misperception.
Inappropriate feeding practice, merupakan masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah ataupun pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia anak.
Kemudian small eaters merupakan terminologi yang dipakai untuk anak dengan keluhan makan sedikit, sehingga status gizinya kurang.
Sedangkan food preference adalah terminologi yang dipakai untuk mencakup keluhan pilih-pilih makan atau penolakan terhadap makanan tertentu.
“Ketiga masalah ini seringkali disepelekan dan perlu mendapatkan intervensi karena dapat mempengaruhi asupan nutrisi dan kondisi kesehatan anak," kata Aisyah.
"Jika terjadi secara berkelanjutan, terlebih di usia optimal hingga dua tahun, anak terancam menderita malnutrisi yang berujung pada stunting."
Nah, untunglah ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah makan, yaitu mengetahui penyebabnya, evaluasi faktor dan dampak nutrisi, serta upaya perbaikan.
Pada inappropriate feeding practice, orang tua perlu memperhatikan jadwal, lingkungan dan prosedur pemberian makan.
Sedangkan pada kasus small eater, diperlukan penerapan aplikasi food rules yang benar, serta melakukan boosting kalori melalui makanan padat yang difortifikasi serta susu densitas kalori tinggi 0,9-1,2 kkal/ml atau densitas kalori 1,5 kkal/ml.
*Sumber: kompas.com