Reporter : Nidya Marfis H.
bloktuban.com - Pada momen Hari Batik Nasional ini, peerajin batik asal Desa Sumurgung, Dusun Bongkol Kabupaten Tuban tak berharap muluk-muluk. Salah satunya, Marniati (43) perajin batik warga Dusun Bongkol yang sudah 22 tahun mengeluti batik ini menceritakan asal mulanya bisa membatik.
Bermula usai menikah dengan orang asal Desa Bongkol dan setelah itu diajak pindah domisili. Sewaktu memiliki anak pertama berusia 7 bulan dan untuk membantu perekonomian keluarganya mulai mengikuti ajakan dari tetangganya.
"Bisa membatik diajari sama bos saya karena saya bukan asli warga sini, saya asal dari Montong dan ikut sumai yang asli orang Bongkol sewaktu anak pertama umur 7 bulan dari pada ngangur mending ikut membatik kan juga lumayan di rumah jaga anak tapi tetap menghasilkan uang," ungkapnya.
Wanita yang akrab dipanggil Makti ini mengungkapkan, yang pertama kali membelajarinya membatik pengusaha asal Kecamatan Merakurak. Setelah bekerja di sana dan diajari menggambar dan membatik kurang lebih empat tahun, Makti memilih ikut pegusaha asal dusun Bongkol sendiri.
Selain itu wanita yang berusia 43 tahun ini juga menceritakan upah membantik yang tidak sepadan dengan kerjanya. Meski demikian, dia mengaku bersyukur bisa bekerja tanpa modal mungkin hanya perlu keseriusan dan kesebaran.
"Kalau soal upah nggak masalah sedikit karena kerjanya santai mau jadi kapan saja tidak masalah. Modal pun gampang cuma kompor gas soalnya mulai dari kain dan lilin bos yang menyediakan dan juga pegawainya yang mengantar di rumah jadi saya tinggal nunggu saja sampai dikirimi," imbuhnya.
Di Hari Batik Nasional ini dirinya dengan teman-teman seperjuangan hanya berharap perkerjaanya lancar terus setiap hari bisa membatik. [nid/lis]