Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Seiring berjalannya program-program peretas kemiskinan yang diluncurkan oleh Pemerintah Pusat, rupanya potret belenggu kemiskinan yang menjerat rakyat kecil masih saja tampak di depan mata. Salah satu yang terlihat nyata, yakni satu keluarga yang berada di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban ini.
Tergolong sebagai keluarga pas-pasan, keluarga Darkip (55) berikut 4 orang keluarganya, yakni istri beserta anak-anaknya, kehidupan sehari-hari hanya bisa ditopang dengan pekerjaan serabutan oleh anak pertama dan menantu.
"Sekarang hanya bisa aktivitas ringan. 2 bulan lalu masih bisa jalan-jalan di depan rumah, sekarang lemas. Buat napas nggak kuat," ungkap Darkip dengan suaranya yang tertatih dan samar tak jelas ketika dijumpai tim blokTuban.com, Minggu (23/9/2018) petang di kediamannya.
Sembari meringkuk di tempat tidur dengan alas karpet seadanya, tanpa kasur, dia berkata jika sudah 8 tahun kesehatannya tak karuan. Hal itu disebabkan karena kurangnya asupan gizi pada makanan yang sama sekali tak tercukupi tiap harinya. Kondisi fisik Darkip yang kurus dan lemah, hanya bisa beristirahat di hunian sangat sederhana berukuran kurang lebih 4x8 meter, beserta kelurganya.
Lebih miris lagi, salah satu putranya yang digadang sebagai tulang punggung penopang keluarga telah meninggal dunia beberapa waktu lalu. Terhitung masih muda memang, Riyadi yang baru berusia 17 tahun harus rela putus sekolah demi membantu perekonomian, menghidupi, merawat dan memberi nafkah keluarganya. Apapun pekerjaan dilakukan olehnya, sampai pada suatu musibah bertubi menimpanya dibarengi keadaan gizi buruk sehingga tak mampu memulihkan kondisi kesehatan, Riyadi dipanggil keharibaan-Nya.
Tak jauh berbeda yang dialami Sumar (51), istri Darkip. Saat tim dan awak media ini berkunjung, tampak Sumar tengah beristirahat dengan anaknya. Dulunya, keluarga tersebut sering menahan lapar berhari-hari sebab tak ada materi untuk diolah dan disantap bersama.
"Istirahat saja ini. Tadi pas dengar ramai-ramai, atau orang berdatangan, dada ini rasanya kaget bercampur rasa takut lain," kata Sumar ketika bangun dan menyambut para relawan yang tengah datang saat itu.
Relawan peduli keluarga Darkip dan Almarhum Riyadi yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk perawat Rumah Sakit datang bersama warga setempat malam itu untuk memberikan penguatan dan motivasi kepada keluarga. Mereka juga melakukan pemeriksaan kesehatan kepada pasangan suami istri penderita gizi buruk, dan sejumlah obat-obatan guna menangkal, mencegah, mengantisipasi penyakit lain, seperti obat sakit kepala, batuk, ngilu, dan vitamin penambah daya.
"Kami berharap, nantinya akan ada oknum, warga, masyarakat, komunitas, bahkan pemerintah berkaitan mau membantu meringankan beban keluarga ini. Kebanyakan seisi rumah gizi buruk," ucap Toni, salah satu simpatisan yang juga sebagai perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R Koesma Tuban.
Kasi Pemerintahan Desa Mulyoagung yang saat itu berkenan mengantar segenap tim menuju rumah kediaman Darkip mengatakan, bahwa keluarga tersebut memanglah tergolong tak mampu. Ditambah lagi, sejak kepergian tulang punggung, semakin menjadilah penderitaan keluarga yang diduga kuat pengidap gizi buruk itu.
"Pekerjaan sekeluarga ya serabutan. Kalau saat-saat ini buruh tani, tapi ya jarang ada," ujar Thui Marsudi selaku Kasi Pemerintahan desa setempat.
Lebih lanjut, pihaknya berharap supaya pemerintah terkait bisa ikut andil dalam upaya peretasan kondisi terpuruk keluarga itu. Upaya pengobatan oleh warga sekitar, tetangga, telah dilakukan. Namun, pihak keluarga sendiri malah terkesan ketakutan jika dibawa berobat dan dirawat intensif ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat dengan dugaan kuat takut biaya mahal dan merepotkan.
"Keluarga itu dulu ya pernah dapat bantuan sosial, tapi sudah lama ini nggak dapat lagi. Semoga pemerintah bisa tahu dan membantu, tak hanya seremonial saja tapi berkelanjutan nyata," pungkasnya kepada blokTuban.com. [feb/col]