Oleh: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Umat atau bangsa yang sedang dihinggapi suatu penyakit sosial, maka mereka benar-benar membutuhkan penyembuhan.
Kebutuhan bangsa tersebut pada perbaikan akhlak mereka yang rusak dan perbaikan terhadap budaya mereka yang tidak baik. Itu lebih serius daripada kebutuhan orang yang sakit pada obat.
Bilamana ada orang yang sedang sakit, maka keluarga dan sanak kerabatnya pasti mendatangi dokter yang mereka percaya dapat menyembuhkannya. Dokter itu lalu memeriksanya dan memberikan resep obat yang dianggap cocok untuk orang yang sakit tersebut.
Kadang-kadang, bangsa seluruhnya itu tertimpa penyakit, kecuali orang-orang yang memperoleh kasih sayang Tuhan. Tetapi mereka ternyata enggan pergi ke dokter spesialis penyakit sosial, untuk meminta bantuan kepadanya. Agar, mengobati penyakitnya meringankan sakitnya dan menyembuhkan dari penyakit yang menimpanya.
Keengganan bangsa yang sedang sakit untuk berobat pada dokter spesialis penyakit sosial tersebut, bersumber pada dua perkara.
Pertama, mungkin mereka tidak mengetahui penyakitnya sama sekali, sehingga mereka yang sedang dalam keadaan koma akibat penyakit yang menyakitinya, menganggap diri mereka tidak sakit dan bebas dari segala penyakit.
Kedua, mungkin mereka itu benar-benar mengetahui bahwa dirinya sakit dan mengetahui obat-obat yang mereka perlukan, hanya saja mereka itu tidak memiliki kepercayaan dan kemantapan terhadap adanya dokter yang dapat menyembuhkannya, atau mereka itu akan berpikir berupaya mencari dokter.
Banyak sekali bangsa yang mengirimkan putra-putrinya ke sekolah-sekolah kedokteran, agar setelah mereka tamat dapat mengobati tubuh bangsa yang sakit. Tetapi hampir tidak ada, kecuali sedikit sekali dari bangsa yang mengirimkan putra-putrinya ke lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan moral dan ilmu sosial, agar mereka nanti dapat mendidik akhlak bangsanya dan memperbaiki sistem kehidupan sosial mereka.
Keadaan yang memprihatinkan seperti itu, tidak lain kecuali disebabkan kerusakan jiwa anggota bangsa itu sendiri, yang lebih mementingkan kebutuhan materi daripada kebutuhan moril.
Umat memang membutuhkan kedua golongan sarjana dokter tersebut. Tetapi kebutuhan mereka pada sarjana-sarjana yang ahli dalam bidang persoalan sosial dan para pakar ilmu akhlak itu, lebih besar dari kebutuhan mereka pada dokter ahli pengobatan penyakit yang menonjol.
Apabila bangsa tertimpa wabah suatu penyakit, maka wabah itu tidaklah menekan korban jiwa kecuali sekitar 10 persen dari jumlah keseluruhan bangsa. Kemudian ditentukan obat pembasmi wabah penyakit tersebut.
Namun, apabila bangsa telah dilanda penyakit sosial atau krisis moral maka yang menjadi korban bisa mencapai 99 persen dari keseluruhan bangsa.
Padahal kita semua pasti mengerti, bahwa menghancurkan kehidupan perorangan itu lebih mudah, daripada menghancurkan kehidupan bangsa.
Kemudian kita tentu mengerti, bahwa bangsa itu tidak mungkin bisa bergerak dan bangkit, kecuali apabila di tengah-tengah mereka ada orang-orang yang aktif, memperbaiki moral bangsa ini sendiri. Mendorongnya untuk maju, menggugah kesadaran, dan semacamnya untuk terus maju hingga dapat mencapai keagungan.
Tingkat kesadaran bangsa atau kemunduran mereka itu, bergantung pada kecakapan orang-orang yang berusaha memperbaiki mereka.
Bangsa mana pun tidak akan bisa bangkit, kecuali dengan meningkatkan akhlak yang baik mereka, yang didahului dengan membasmi akar kebiasaan mereka yang bodoh, serta memperbaiki sistem kehidupan sosial mereka.
Apabila urusan tersebut dapat diatasi dengan baik, maka persoalan-persoalan yang lain, misalnya reformasi tatanan sistem politik, ekonomi, dan pembangunan, akan mudah diselesaikan.
Usaha meningkatkan moral bangsa dan memperbaiki kebobrokan tatanan dalam masyarakat itu tidak dapat berhasil, tanpa melaksanakan perubahan besar-besaran dalam bidang moral.
Yang perlu dikobarkan dalam jiwa seluruh bangsa, oleh para tokoh pembaharuan dari kalangan sarjana-sarjana Ilmu Sosial dan Moral sedikit demi sedikit. Sehingga akar-akar kebobrokan moral dapat dijebol, kemudian diganti dengan moral atau kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Gerakan moralitas itu berupa tampilnya individu bangsa yang baik tingkah lakunya. Bersih tulus hatinya dan jelas tujuannya, yaitu mengubah kondisi sosial dan moral bangsa.
Mereka harus menggerakkan bangsa agar meninggalkan kebiasaan buruk dan sifat yang tidak terpuji. Mereka harus terus-menerus bergerak memotivasi bangsa dengan segala upaya, tanpa mengenal lelah, hingga mereka dapat mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Syarat utama dalam mencapai keberhasilan gerakan moral ini, adalah gerakan tersebut harus dimulai sesuai dengan kondisi. Sehingga apabila bangsa sekiranya telah siap untuk diajak maju, maka bawalah para pelopor gerakan ini melontarkan pikiran-pikiran yang lurus dan gagasan-gagasan yang tepat dan cocok dengan pertimbangan bangsa.
Apabila gerakan moralitas tidak dilakukan dengan cara demikian itu, maka gerakan ini lebih mengakibatkan nasib bangsa itu dalam keadaan lebih buruk, daripada keadaan mereka sebelumnya.
Hendaknya langkah pelopor gerakan moralitas ini sama dengan langkah yang ditempuh oleh para dokter jasmaniah, dalam hal memberikan resep-resep kepada pasiennya.
Seorang dokter tidak akan memberikan makanan kepada pasiennya, kecuali sesuai dengan perkembangan kesehatannya. Sehingga apabila dia benar-benar sehat maka barulah dokter memperbolehkannya makan makanan yang tidak membahayakan terhadap kesehatan. Langkah-langkah seperti itu hendaknya diperhatikan oleh para pelopor gerakan moralitas dalam usahanya mengubah moral bangsa.
Seluruh bangsa pada saat ini benar-benar memerlukan adanya gerakan moralitas, untuk perbaiki keadaan nasib mereka dan mengentas mereka dari dekadensi moral.
Pembaca setia blokTuban.com dan generasi muda, engkaulah dokter-dokter penyakit sosial itu. Kalian yang diharapkan menjadi pelopor gerakan moralitas ini.
Di tangan kalian segala urusan bangsa. Kalian yang bakal disertai tanggung jawab mengubah cara berpikir bangsa dan menyebarkan nilai-nilai akhlak mulia di kalangan mereka.
Oleh sebab itu, bersiap-siaplah mulai saat ini menjadi orang-orang yang gigih dan berkemauan keras. Beranggapanlah bahwa kalian adalah sama, bakal menjadi dokter, penasehat, dan pembimbing bangsa yang tulus serta menjadi penasehat yang sejati, yang dapat mengamalkan petuahnya. Jika demikian, maka kalian akan dihargai oleh bangsa. [rof/ono]