Reporter: Yetik Lusiana
blokTuban.com - Di bawah sinar terang rembulan dengan angin semilir khas bau malam, Mbah Buyut yang sudah lanjut usia atau biasa disapa Mbahyut Jagung di pinggir jalan alun-alun Kota Tuban, dengan alas secukupnya tanpa dinding dan atap, membiarkan tubuh rentanya dihempas angin malam. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, Mbahyut yang tinggal di Desa Ndoromukti Kecamatan/Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini masih terus menjajakan dagangannya.
Setiap hari antara pukul 17.00 hingga 23.00 WIB, Mbahyut menggelar lapak jagung bakarnya di pinggir jalan alun-alun, tepat depan gedung Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Tuban, dengan menyewa becak Mbahyut mengangkut dagangannya dari rumah yang berjarak sekitar lima kilometer ke lokasi jualan.
"Ya seperti ini jualan jagung saya, setiap hari buka di pinggir jalan deket sini, jika hujan saya terpaksa pindah di bawah gedung yang dekat dengan lokasi jualan," kata Mbahyut, yang saat ditanya tak mau memberitahu namanya.
Jagung yang dijual ia ambil dari tetangga dekat rumah yang setiap hari berjualan di pasar. Selama kurang lebih 23 tahun menjual Jagung, Mbahyut ini bisa menghidupi ketiga anaknya saat ditinggal sang suami pergi untuk selama-lamanya.
Kini kedua anaknya sudah berumah tangga dan si bungsu yang masih sekolah tinggal bersama Mbahyut. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia harus banting tulang berjualan hingga larut malam.
Kecemasan saat berjualan ibu tiga anak ini adalah saat pemeli sepi. Sedang, setiap hari Mbahyut selalu menghabiskan jagung bakar sekitar 5 hingga 10 kilogram. "Yang namanya jualan pasti ada rame dan sepi", ujarnya lirih.
"Terlebih lagi jika musim hujan, pasti banyak tidak laku, tapi jagung yang sudah dibakar saya makan sendiri sambil menunggu pembeli datang," ujarnya.
Dinginnya angin malam yang menerpa kulit tua Mbahyut, tak menyurutkan semangat untuk mengais rezekihalal. "Meski umur tambah tua, saya tidak ingin merepotkan anak-anakku yang sudah berkeluarga maupun yang belum, saya juga ingin menyekolahkan anakku ini biar pintar, biar bisa bekerja di gedung depan saya ini, walaupun hasil jual jagung bakar tidak banyak, tapi semoga bisa berkah," ucap Mbah Buyut Jagung sambil berangan-angan.
Satu jagung bakar, nenek tiga cucu ini menjualnya dengan harga Rp5 ribu, dan jagung bakar yang ia jual ini rasa kuno atau seperti tempo dulu, yang tidak diberi rasa-rasa seperti jagung masa kini.
Malam itu, tak berapa lama menungu, lapak nenek yang berusia 60 tahun lebih ini banyak pembeli berdatangan, terkadang juga ada pembeli yang mengendarai mobil mewah menyempatkan beli jagungn bakar Mbahyut rasa kuno, atau bahasa kerennya jagung rasa original.
"Meski banyak juga orang yang berjualan jagung bakar, para pembeli mengaku lebih suka menikmati jagung bakar Mbahyut, dengan rasa khasnya yang alami," kata salah satu pelanggan, Ida. [lusy/rom]
Mbahuyut, Tetap Semangat Jual Jagung Bakar untuk Hidup
5 Comments
1.230x view