Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com – Cuaca mendung menyelimuti Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, di suatu pagi menjelang siang. Suara bekuran merpati atau burung dara warga setempat menyebutnya, terdengar merdu di atas tebing batuan kapur.
Pemandangan tersebut jamak terlihat di Desa yang terkenal dengan ribuan goa di ujung barat Kecamatan Montong. Di desa inilah warga yang memiliki latar belakang pendekar menjalin hubungan harmonis, saling menghormati dengan sebutan ‘Pendekar Siaga’. Bahkan saat ini mereka disibukkan dengan kegiatan bersama yang bermanfaat bagi anggota dan masyarakat lain.
Pendekar Siaga sendiri merupakan gabungan empat perguruan silat di desa ini. Diantaranya, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), IKS PI Kera Sakti, Margaluyu 151, dan Bunga Islam. Mereka bertugas menjaga keamanan lingkungan, menggerakkan kegiatan-kegiatan sosial, seperti membangun rumah warga miskin dengan dana dan tenaga murni dari masyarakat. Menyiapkan tabungan akhirat di tiap-tiap rumah untuk kegiatan sosial, dan sekarang disibukkan dengan menggerakkan potensi ekonomi guna kesejahteraan bersama.
Redaksi blokTuban.com berkesempatan melihat dari dekat aktivitas Pendekar Siaga di Guwoterus. Terutama dibidang ekonomi yang berbentuk upaya beternak merpati memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat dari alam agar bernilai ekonomis, juga mengusahakan peluang wisata alam guna mendongkrak perekonomian masyarakat. Selain itu mereka juga berkegiatan di bidang pendidikan dan dakwah.
Satu hal yang menarik dan patut ditiru para pendekar di sana. Selain harapannya mengangkat ekonomi anggota dan warga, setiap usaha kerajinan ataupun yang lain selalu disisihkan untuk tabungan akhirat. Biasanya tabungan itu akan dikumpulkan dan dihitung bersama menjelang puasa guna kepentingan kegiatan sosial melalui Unit Pengumpul zakat (UPZ) yang sudah resmi terbentuk di bawah naungan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Tuban dan Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Bahkan, sekarang ini Desa Guwoterus didaulat menjadi percontohan pelaksana program Desa Produktif yang dibiayai dari Baznas Provinsi Jatim. Desa yang sebelumnya memiliki gerakan ‘Tabungan Akhirat’ itu ditunjuk sebagai pelaksana program Zakat Community Development (ZCD) Baznas Jatim.
Tabungan Akhirat yaitu kegiatan mengumpulkan sedekah dengan media kotak kayu. Hasil dan manfaatnya diberikan kepada masyarakat secara konsisten. Kemudian dengan berjalnnya waktu, kegiatan yang digagas para pendekar itu disahkan menjadi satu-satunya UPZ oleh Baznas Kabupaten Tuban. Atas kondisi potensi kepedulian tinggi dari kelompok masyarakat.
Kandang merpati di lahan kosong milik warga menjadi jujukan pertama redaksi blokTuban.com mengawali kunjungan. Udin, satu dari sepuluh warga di Desa Guwoterus yang membudidayakan merpati menunjukan dua bangunan kandang yang berisi puluhan pasang hewan paling setia itu. Ia berkeinginan pembudidaya merpati semakin mandiri, dan mempunyai cita-cita menjadikan Guwoterus sebagai desa lumbung merpati.
“Arahnya ke wisata kuliner merpati,” kata Udin berangan.
Pria yang lahir 36 tahun silam itu mengaku baru dua bulan berkecimpung di dunia budidaya merpati. Kendati begitu jika dilihat aktivitasnya di kandang, bak peternak yang sudah professional.
Burung merpati bagi dirinya merupakan sumber inspirasi. Selain bisa dinikmati suaranya, dagingnya pun bisa dimanfaatkan menjadi olahan nan lezat. Sengaja yang diternak warga Guwoterus tergolong merpati potong.
“Merpati itu jika pagi hari pasti manggung (membekur) merdu, bisa jadi hiburan,” kata bapak tiga anak itu bertutur.
Muncul pemikiran beternak merpati, alumni pondok pesantren di Ponorogo itu berujar, lantaran perawatannya tidak terlalu sulit. Untuk keperluan pakannya sendiri dari biji jagung, dan itu sangat mudah didapat dan cukup melimpah, karena warga desa setempat sebagian besar adalah petani jagung.
Selain itu, pangsa pasar merpati potong di wilayah Tuban cukup menggiurkan. Sehingga ia memiliki sebuah keinginan untuk menjadikan kelompoknya salah satu penyuplai, dari pada diisi oleh orang luar daerah.
“Selain perawatannya yang tidak ribet, penjualannya pun bisa ke mana saja, seperti pasar tradisional maupun pasar berbasis internet (online),” ujarnya.
Awal berternak, Udin mengaku merasa kesulitan saat menjodohkan indukan. Sebab, jika tidak sesuai jodohnya maka resiko tarung dan mati cukup tinggi. Namun, ketika merpati tersebut telah menyatu dengan jodohnya peternak tinggal menunggu keuntungannya.
Pengalaman Udin, mengadaptasikan burung merpati dengan jodohnya perlu waktu sekitar dua minggu. Sebab sifat burung merpati itu setia, maka jika bukan jodohnya ia tidak mau dan bisa stres yang berujung kematian.
Aktivis sosial dari Pendekar Siaga itu memulai ternak merpati dengan 40 pasang indukan yang didapat dari bantuan Badan Baznas Tuban. Dengan memanfaatkan lahan kosong, indukan tersebut diternak dengan menggunakan kandang dari bahan kayu dan bambu berkuran 2,5x0,6 meter.
“Tingkat kerumitannya itu diawal harus menjodohkan dulu,” tukas pendekar Bunga Islam yang ramah tersebut.
Sekarang, bisnis ternak merpati yang dilakukan Udin mulai berkembang. Setiap pasang indukan bisa bertelur 2 sampai 4 butir. Butuh waktu 15 hari telur bisa menetas. Ketika berumur lebih dari 22 hari, merpati sudah bisa dipasarkan.
Hasilnya, dalam waktu dua bulan berjalan ia sudah bisa menjual 30 ekor merpati. Informasinya, harga di pasaran kisaran Rp10.000 per ekor. Dari kelompoknya, dikatakan Udin, sudah mampu melayani pasar di sekitarnya. Dengan metode pemasaran dan manajemen yang bagus para anggota kelompok bisa menikmati keuntungan sambil beramal.
“Alhamdulillah sekarang bisa menikmati usaha ini,” ucap Udin dengan tersenyum.
Di kandang lainnya, Sunari anggota kelompok budidaya merpati desa Guwoterus menambahkan, burung merpati dari Guwoterus merupakan merpati pilihan. Selain dijual hidup di pasar, hewan dari family Columbidae atau burung berparuh merpati dari ordo Columbiformes itu di tangan warga Guwoterus bisa disulap jadi kuliner.
Biasanya warga setempat menyajikannya dalam bentuk panggang. Kemudian, ikan panggang merpati disajikan dengan bumbu sambal kelapa (sambal cos, warga jawa menyebut) yang dibungkus dengan daun jati. Bedanya lagi, jika masyarakat ingin menikamti kuliner ini harus order terlebih dahulu, karena tidak dijajakan di warung secara langsung.
“Kalau mau makan hasil olahan merpati yang dipanggang harus pesan terlebih dahulu, dan dijamin merpati yang dimasak masih segar,” ulasnya panjang lebar.
Kegiatan kelompok ternak burung merpati menerapkan program ternak sambil sedekah. Sehingga ada manajemen sendiri yang mengatur dan mengontrol penjualannya. Sebab kegiatan ini dikelola oleh kelompok yang terdapat dalam UPZ Tabungan Akhirat serta Pendekar Siaga.
Kelompok ternak merpati tahu betul, sisi usaha harus dibarengi dengan sedekah. Mereka berusaha memberi contoh yang baik bagi masyarakat untuk ingat orang lain yang membutuhkan uluran tangan dari sesama.
“Di kelompok kami, dari hasil penjualan ternak 10 persenya disisihkan ke manajemen untuk disalurkan ke UPZ Tabungan Akhirat,” terang koordinator kelompok ternak merpati Desa Guwoterus.
Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai sopir itu mulai menyadari usaha yang dikembangkan bersama pendekar siaga memiliki nilai ekonomi tinggi. Apalagi, potensi ternak tersebut saat ini dengan potensi wisata akan dipadukan untuk pengembangan wisata kuliner.
“Kalau bisa berkembang, tentu pendapatan akan bertambah dan sedekahnya juga tambah. Sehingga masyarakat sekitar sama-sama sejahtera,” tandas pendekar PSHT tersebut menandaskan.
Pemerintah Kabupaten Tuban, melalui Kabag kesra, Kabupaten Tuban, Eko Julianto mengungkapkan, Desa Guwoterus merupakan desa percontohan yang bergerak di desa wisata berbasis sedekah atau yang kerab disebut program ZCD (Zakat Community Development). Dari beberap program yang disalurkan itu diharapkan bisa mendukung pemerintah mensejahterakan masyarakatnya.
Dengan dipilihnya Desa Guwoterus sebagai penerima program, mantan Camat Senori itu mengklaim, sebelum ada program, desa sudah memiliki penggerak sosial yang terhimpun dalam Pendekar Siaga. Maka dengan potensi lokal dari sisi SDM dan SDA-nya bisa dipaketkan untuk kesejahteraan masyarakat desa Guwoterus, sehingga desa ini terpilih menjadi desa percontohan.
“Di Tuban ini yang pertama kali. Alhamdulillah sudah kelihatan gregetnya,” papar Eko.
Dijelaskan Eko, program wisata berbasis sedekah menjadi salah satu kegiatan peduli masyarakat miskin. Konsep yang dilakukan UPZ tabungan Akhirat dan Pendekar Siaga, jika ada kegiatan wisata hasilnya disisihkan untuk sedekah. “Kemudian nanti akan disetor ke baznas oleh UPZ dan 70 persennya dikembalikan ke desa,” pungkasnya mengakhiri percakapan. [rof/rom]