Peran Ganda Redy Ferana Dewi, Istri Parajurit Sekaligus PNS

Menjadi istri seorang prajurit sekaligus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) mutlak pilihan Redy Ferana Dewi. Ketika memutuskan menikah ia tahu betul tanggungjawab apa yang akan ia emban di kemudian hari.

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Sosok lembut dan tegas tampaknya melekat pada diri perempuan yang menjabat sebagai Ketua Persatuan Istri Prajurit (Persit) Kartika Chandra Kirana Cabang XXVI DIM 0811 ini. Sebab selain menjadi istri prajurit, di tangannya pula masa depan anak bangsa diletakkan. Memastikan organisasi istri para prajurit tentara tetap berjalan semestinya menjadi salah satu tanggungjawab utamanya. Selain itu, tidak kalah utama ia dituntut memberikan pengajaran yang dapat mencerdaskan generasi muda di bangku sekolah.

"Juga yang tidak kalah utama, saya harus menjadi ibu yang bisa memberikan kasih sayang bagi anak-anak saya," kata Redy, begitu sapaan karibnya di lingkungan organisasi istri prajurit.
 
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengambil keputusan penting di hidupnya ketika memutuskan menikah dengan Letkol Inf Sarwo Supriyo muda, saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi Universitas Dr. Soetomo Surabaya tahun 1998. Lahir dan besar di Madiun menuntutnya siap siaga menjadi istri yang mendukung dan menyertai langkah suami. Sempat ia mengikuti suami pindah hingga luar pulau beberapa kali untuk menunaikan tugas.

Lantas beberapa tahun kemudian ia mengambil kesempatan mengabdi pada Negara dan diterima sebagai PNS. Tepatnya pada 2009 silam, ia diterima sebagi guru muda di SMPN 2 Blangkejeren, Gayo Lues, Aceh. Dalam menjalankan tugasnya tersebut ia masih satu daratan dengan Sang Suami, namun lebih dari 10 kilometer jarak memisahkan. Selain itu, di pulau berbeda, anak-anak mereka diasuh Sang Nenek-Kakek. Hanya melalui telepon seluler mereka saling melepas rindu.

"Tempat saya mengajar terkenal tempat yang terpencil yang berada di atas awan. Bagaimana tidak untuk sampai pusat keramaian itu harus menempuh jaran belasan kilometer," ujar perempuan kelahiran 1977 ini.

Baginya menjalani profesi ganda itu menjadi tantangan hidup tersendiri. Dalam skala persentase tidak ada pembagian untuk masing-masing peran. Dengan mantap ia menegaskan tiap pekerjaan yang ia lakoni mendapat prioritas sama, seratus persen. Tidak ada kata setengah-setengah bagi ibu tiga anak ini.

Berselang dua tahun kemudian, ia menggunakan kesempatan pindah mengajar dan kembali ke tanah kelahiran. Masih mengajar mata pelajaran Matematika, namun lebih dekat dengan keluarga yakni di SMPN 2 Dagangan-Madiun. Tidak berhenti disitu, pada 19 Januari 2016 ia secara resmi menjabat sebagai Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XXVI DIM 0811.

"Dalam waktu satu minggu harus bisa membagi waktu antara mengajar dan menjalankan organisasi saat ini," tambahnya.[dwi/col]