Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Seorang perempuan paruh baya tengah sibuk dengan besi dan api di lapak pande besi milik Tamsir, Jalan Jatirogo-Blora turut Desa Wotsogo, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban. Perempuan tangguh ini bekerja keras sebagai pande besi dan tak mengenal lelah melakoni pekerjaan yang lazim dikerjakan laki-laki itu.
Sudarsih, wanita berusia setengah abad lebih itu, begitu lihai memainkan dua pompa dari kayu untuk memanaskan tungku pembakar besi. Dengan duduk di atas panggung dari bambu, dua Ubupan (pompa tungku) ia taklukkan.
"Daripada di rumah nganggur, ikut bantu suami di pandean," tutur Darsih (51) begitu ia disapa.
Untuk sampai di griya pande besi ini, blokTuban.com menempuh waktu 5 menit dari Kantor Kecamatan Jatirogo ke arah Kenduruan. Darsih bersama suami, sehari-hari menjual jasanya dengan menempati griya pandean berukuran 6X7 meter, berdinding bambu, dan beralaskan tanah.
Semakin dekat, semakin terdengar jelas dentingan dari dalam gubuk yang disebut dengan Besalen atau tempat pande besi yang berdiri di utara jalan. Di dalam gubuk yang terbagi dua ruangan itu, Darsih menyimpan peralatan di ruangan tertutup. Sementara di ruang terbuka, ia tempati bak air, tungku, tempat tunggu, dan lantaran atau tumpuan pemipih besi.
Saat blokTuban.com berkunjung, Minggu (23/4/2017) di dalam gubuk tersebut sudah terlihat satu orang laki-laki dan satu perempuan yang sedang mengerjakan sebuah sabit dan golok. Mereka berbagi tugas, Darsih duduk di atas panggung yang tingginya sekitar satu meter, sembari mengayun-ayunkan kedua tanganya dengan memegang dua tongkat ke dalam sebuah tabung kayu. Tujuannya untuk memompa angin agar bara api tetap menyala memanaskan besi.
Pekerjaaan yang dilakoni Darsih ini dikerjakan sudah hampir tujuh tahun. Sejak berhenti bekerja di warung, ia bekerja layaknya laki-laki untuk membantu suaminya yang juga pande besi.
"Jam 08.00 WIB, berangkat dari rumah waktu Zuhur pulang, kalau ramai sampai menjelang Ashar," katanya mengisahkan hidupnya dengan senyum kecil saat istirahat.
Hal itu dilakukan untuk membantu suaminya mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam sehari jika beruntung bisa bawa pulang uang Rp200.000, tidak jarang juga pulang dengan tangan hampa.
"Inilah kisah hidup saya, semata-mata bakti sama suami saya," pungkas srikandi pande besi itu. [rof/col]
Sudarsih, Pande Besi Perempuan dari Jatirogo
5 Comments
1.230x view