Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Penjualan produk yang dipamerkan di Rrest area kerap dinilai kurang efektif lantaran sepi pengunjung. Namun, kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Persganagan (Disperindag), Bhismo S Adji, realitasnya tidak demikian.
"Kalau dikatakan sepi, tidak juga. Kita sudah mencoba jemput bola seperti mengadakan event untuk menarik pengunjung. Bahkan beberapa tamu penting kerap diajak ke rest area," kata Bhismo.
Sementara itu, informasi yang dihimpun blokTuban.com untuk omzet penjualan produk mencapai puluhan juta tiap bulannya dan 50 persen pemasukan terbesar didapat dari penjualan makanan dan minuman (Mamin)
"Omzet sekitar Rp30 juta tiap bulan," kata petugas rest area, Mei kepada blokTuban.com.
Saat disinggung soal anggapan rendahnya tingkat pengunjung di rest area yang otomatis menyebabkan penjualan produk rendah, Mei mengatakan sebaliknya. Tingkat pengunjung tidak bisa dijadikan patokan seberapa besar tingkat penjualan produk. Sebab pengunjung yang kebanyakan singgah di rest area bersama rombongan yang terkadang membeli produk untuk dijadikan oleh-oleh.
"Untuk produk kerajinan banyak yang laku, cuma persentase kecil atau slow moving. Mereka (pengunjung, red) kebanyakan membeli produk mamin untuk oleh-oleh dan dikonsumsi sendiri," katanya
Produk yang dipamerkan di rest area secara garis besar dibedakan empat macam, dari makanan minuman, batik, kerajinan dan fashion. Produk mamin terdiri dari sekitar 500 item, produk fashion atau yang kebanyakan merupakan pakaian jadi terdapat lebih dari150 item, untuk produk kerajinan terdapat sekitar 200 item dan batik ada 20 item yang dipajang dalam etalase khusus.
"Kalau untuk harga yang dipatok kami tidak mengambil untung, semisal tiap potong batik dari perajin dihargai Rp175.000 ya kami pasang harga sekian," ungkap Mei kepada blokTuban.com. [dwi/col]