Petani Tembakau Keluhkan Wacana Kenaikan Harga Rokok

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Wacana yang beredar di masyarakat, terkait kenaikan harga rokok Rp50.000 perbungkus, dinilai tak masuk akal oleh para petani tembakau di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pasalnya, jika pemerintah benar-benar akan menaikan harga rokok, para petani siap-siap gulung tikar.

Seperti yang diungkapkan Darso (47), petani tembakau asal Tapen, Sidoharjo, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, saat ini petani tembakau selalu menghadapi persoalan yang ketidakpastian. Baik terkait harga jual tembakau saat panen maupun ketidakpastian cuaca.

"Saya tidak setuju jika harga rokok benar-benar Rp50 ribu, itu akan menghentikan tanam saya saja," ujar petani tembakau di sekitar Sumur Tapen 2 Pertamina itu.

Darso menjelaskan, jika nantinya pemerintah serius menaikan harga rokok, tentu konsumen berkurang. Pabrik juga mengurangi produksinya berdalih efisiensi. Para petani akan kesulitan menjual hasil tanaman tembakau, tentu harga dibawah akan kacau.

"Kami mau kerja apa lagi nantinya, padahal sudah bertahun-tahun kami gantungkan hidup dari tani tembakau," tandas pria yang sudah 15 tahun jadi petani tembakau itu.

Hal senada dilontarkan Marno, petani tembakau dari Kecamatan Senori. Petani di Kecamatan Senori berharap keadaan seperti ini tidak berkelanjutan. Belum lagi adanya wacana kenaikan harga rokok, itu akan menyengsarakan petani tembakau saja.

"Harga rokok dan tembakau harus stabil," keluh petani kelahiran 1959 tersebut.

Menurut petani yang sudah menanam tembakau sejak tahun 1990 itu, masih banyak persoalan yang dihadapi petani tembakau, seperti anomali cuaca, mahalnya perawatan, dan belum lagi mau ditambah terkait pengurangan konsumen rokok dengan dinaikan harganya, maka sangat tidak setuju.

"Masih banyak cara lain mengatasi kesehatan akibat rokok," imbuh Marno saat ditemui di ladangnya, Rabu (24/8/2016).

Para petani menilai, wacana kenaikan harga rokok itu akan membuat pihak gudang tidak akan mengambil tembakau dari petani. Maka, harga daun tembakau nanti ketika memasuki masa panen akan merosot. "Kita tidak mau terus dipermainkan, pemerintah harus bijak mencari jalan lain," pungkasnya. [rof/rom]