Pengirim: Gerakan Tuban Menulis
blokTuban.com - Gerakan Tuban Menulis mengadakan acara Rembuk Bareng Pemuda Tuban dan Awarding Lomba Menulis Surat untuk Bupati Tuban, Rabu (3/8/2016) . Acara ini digawangi oleh Mutholibin selaku Ketua Gerakan Tuban Menulis. Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh para pemuda, oleh karena itu perlu adanya sumbangsih yang positif yang diprakarsai oleh para pemuda.
Imroatin Nurillah, seorang gadis berasal dari Kecamatan Jatirogo telah ditetapkan menjadi juara pertama peserta Lomba Menulis untuk Bupati yang diselenggarakan oleh Komunitas Gerakan Tuban Menulis. Gadis ini menyurati Bupati Tuban dengan memberikan saran dan rekomendasi untuk Pemerintahan Tuban kedepan.
“Tuban perlu adanya pemerataan potensi yang dikembangkan bukan hanya desentralisasi yang berpusat di Tuban kota”, kata salah satu mahasiswa Arsitektur Universitas Brawijaya Malang.
Bapak Wakil Bupati H. Ir. Noor Nahar Husein, M.Si yang hadir mewakili, memberikan tanggapan yang positif dan mengapresiasi terhadap kritik dan sarannya. Beliau berpesan agar saat ia lulus untuk mendatanginya dan menawarinya untuk mendesain alun-alun di daerah kecamatan Jatirogo agar para PKL lebih tertata.
Berikut tulisan surat dari saudari Imroatin Nurillah :
Surat Cinta, untuk Pak Huda..
Assalamualaikum wr...wb...
Bagaimana kabar Bapak beserta keluarga hari ini? Semoga selalu sehat dan selalu dilimpahi cinta-Nya. Amiiin…
Kalau boleh jujur, saya sebenarnya tidak ingin berbicara dengan Bapak hanya melalui surat. Bila berkesempatan,ingin rasanya bisa duduk santai bersama Bapak, ditemani secangkir kopi yang masih mengepul hangat, lengkap dengan obrolan ngalor ngidul saya ini. Tapi saya tahu dan sadar diri, Bapak tidak akan punya banyak waktu untuk sekadar ngopi bersama saya, mahasiswa arsitektur, pejuang skripsi yang hanya bercita-cita untuk lulus..hehehe…Saya sangat tahu, Bapak punya jam terbang tinggi mengurusi dengan susah payah dan semoga dengan ikhlas pula segala tetek bengek tentang daerah kita yang kaya potensi ini.
Di pagi mendung nan syahdu ini, saya sedang sangat tertarik membahas cinta,Pak. Bolehkan? Saya menulis ini, juga karena saya cinta dengan kota kecil dimana saya dibesarkan. Kota tempat dimana saya ingin selalu pulang sejauh manapun saya pergi. Bapak tahu kan, wujud cinta itu peduli tanpa henti. Saya cinta, maka saya belajar peduli dengan baik.
Bukankah cinta itu membawa energi positif, Pak? Nah, dengan pernyataan itu, tidakkah Bapak ingin, menumbuhkan juga cinta-cinta yang lain selain saya? Tidakkah Bapak ingin menebar cinta pada semua lapisan masyarakat di kota Tuban ini tak terkecuali. Menurut saya, tidak ada yang lebih baik dari seluruh masyarakat yang sangat mencintai kotanya. Tidak ada yang lebih istimewa dari, seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya.
Bukan bermaksud menggurui, saya hanya ingin berpendapat, Pak. Masih tentang cinta. Meskipun saya masih belia dalam urusan cinta,tapi percayalah,Pak. Saya pernah jatuh cinta, meskipun harus patah.Hehe..
Belajar dari pengalaman abal-abal saya, untuk membuat seseorang jatuh cinta, kita tak butuh banyak bertingkah. Pertama adalah merebut perhatiannya mendengarkan setiap ceritanya, setiap keluh kesahnya, setiap cita-cita dan harapannya kemudian kita berusaha mewujudkan semampu kita. Bukankah begitu, Pak?
Saya sama sekali tidak ingin menghakimi,Bapak. Saya hanya ingin menjadi lebih dari suara-suara malas masyarakat yang hanya bisa menggerutu menuntut ini itu kepada Bapak tanpa memberi saran secara konkret. Hingga, saya mohon, dengarkan cita-cita saya barang sejenak. Ini mewakili cita-cita kami para pemuda kota ini,Pak. Insyaallah..
Pertama,entah kenapa, kami punya harapan, kota Tuban ini bisa menjadi kota dengan karakter kreativitas seni dan teknologi informasi kuat yang saling melengkapi.
Potensi seni Tuban, saya tahu Bapak pun pasti membanggakannya. Hasil karya seni Tuban banyak dikenal diluar sana. Terutama batik gedog. Kemudian disusul kerajinan ongkek dan kerajinan gerabah. Tidakkah bapak ingin, merebut perhatian masyarakat, dengan misi memperkuat karakter kota seni dengan mulai membuat pemerataan potensi yang dikembangkan bukan hanya desentralisasi yang berpusat di Tuban kota, tapi juga menyeluruh ke objek terdalam pedesaan. Mewadahi segala jenis aktivitas seni yang dapat dikembangkan pada setiap daerah menjadi UMKM. UMKM dengan free modal atau pinjaman UMKM free bunga. Serta membuatkan sentra UMKM pada setiap kecamatan di kabupaten Tuban. Setiap kecamatan memiliki ciri seni masing-masing. Kerek dengan batiknya, jatirogo dengan kerajinan mebelnya dan sebagainya. Setiap kecamatan wajib menelurkan dan memperkuat karya seninya hingga mampu menjual. Dengan cara seperti ini, Tuban bukan hanya menjadi kota dengan seribu macam karya seni, namun cara ini juga mampu membantu menaikkan perekonomian rakyat kecil. Bahkan jika cara ini dapat berkembang dengan baik, setiap kecamatan akan mampu menamai dirinya menjadi “Kampung seni batik gedog, kampung seni ongkek, kampung seni gerabah, kampung seni mebel, dsb” misalnya.
Mewujudkan karakter seni, bukan hanya dengan cara itu saja. Bukan hanya dicapai dengan cara parsial yang ditanamakan di tiap daerah kecamatan melalui pengembangan seni untuk UMKM.Tapi bisa melalui wujud fisik dengan menanamkan karakter nyeniman pada infrastrukturnya. Boleh jadi dengan membangun fasilitas-fasilitas publik dengan desain unik berbeda dari kota-kota lain. Dengan cara mengadopsi seni budaya khas Tuban. Saya melihat sejauh ini, pemerintahan masih kurang berani mengeksplore lebih jauh tentang hal ini. Sejauh ini hanya sebatas adanya Dome di rest Area dengan fasad gambar motif batik Tuban, lampu-lampu jalan dan pot bunga sebagai street furniture yang difinishing dengan motif batik Tuban. Hanya sebatas itu saja.
Bagaimana kalo kita bisa mencoba meng-eksplore lebih dalam, dengan mulai berani membuat bangunan publik berkarakter seni kota Tuban. Saya rasa, dengan memanggil arsitek-arsitek muda yang ikhlas tanpa dibayar dan berasal dari kota Tuban, mampu mengubah bangunan Publik di kota Tuban menjadi bangunan lebih berkarakter seni kota Tuban yang kuat. Misalkan saja dengan merenovasi museum kambang putih, perpustakaan umum kota Tuban, rumah sakit umum Tuban, kantor pemerintahan, GOR, Stadion serta bangunan-bangunan publik yang penting di kota Tuban. Serta membuat ikon-ikon berupa sculpture atau patung unik berkarkter seni Kota Tuban (misalkan sclupture patung ongkek di tengah kota). Yang mana ikon-ikon ini melekat dipikiran setiap lapisan masyarakat. Ikon-ikon bangunan ini akan menjadi “yang pertama melintas dibenak semua orang” ketika ada yang menyebut kota Tuban.
Masih dalam memperkuat karakter seni, saya dan yang lainnya, membayangkan apabila pemerintah menyediakan lahan kusus untuk para penggiat seni mural (seni graffiti-menngambar pada tembok). Dimana tembok-tembok itu nantinya berisi gambar-gambar yang bukan hanya bernilai seni, namun juga menggambarkan poster-poster tentang kritikan, saran serta “cuap-cuap” warga Tuban tentang aspirasi mereka. Dari sini juga tembok yang sudah dilukis, akan mengurangi tangan-tangan usil menempeli tembok-tembok kosong itu dengan brosur iklan-iklan berupa kertas-kertas tempelan yang sangat mennganggu estetika ruang kota.
Sudah cukup saya rasa berbicara tentang Tuban dengan karakter seninya. Saya akan beralih membahas tentang harapan Tuban menjadi Kota dengan teknologi informasi yang maju. Saya rasa teknologi informasi di Kota Tuban belum begitu dipedulikan. Masyarakat belum memimiliki kesempatan mengakses berbagai macam informasi yang sengaja diperuntukkannya dari pemerintah. Semisal pelayanan akses internet secara gratis untuk masyarakat selama ini saya lihat hanya ada di Perpustakaan Umum Kota Tuban. Selain itu pemerintah belum menyediakan secara khusus ditempat lain. Minimnya pelayanan internet membuat masyarakat kurang aktif dalam menyikapi segala persoalan publik. Informasi yang kurang, sedikit menghambat perkembangan pola pikir untuk menjadi warga yang penuh apresiasi,kritis, aktif dan inovatif. Turut campur masyarakat dalam mengaspirasi keharmonisan kota menjadi sangat minim pula.
Untuk itu, saya selaku wakil masyarakat, ingin memberikan saran saya sekali lagi, Pak. Masih boleh kan?
Andai saja di Kota Tuban, disediakan spot-spot khusus semisal “warung nongkrong berinternet gratis” yang mana ditempat itu disediakan wifi gratis serta tempat yang nyaman untuk mengakses internet secara gratis. Tempat dapat berupa taman-taman kecil yang merupakan lahan terbuka hijau (Green zone) dengan pohon-pohon rindang mengelingi, dan tempat duduk-duduk santai. Dimana masyarakat dapat dengan nyaman berlama-lama disana menikmati layanan internet gratis.
Dan saya harap, tempat tersebut tidak hanya ada di pusat kota saja. Namun harus menyebar ke seluruh pelosok Kota Tuban. Setidaknya ada minimal satu tempat “warung nongkrong berinternet gratis” di setiap kecamatan. Bisa dibayangkan bukan? Bagaimana masyarakat yang tinggal di desa pun dapat menikmati layanan internet dengan puas. Dimana informasi tentang dunia luar akan mengalir pada semua lapisan masyarakat yang haus akan informasi. Pola pikir yang penuh apresiasi,kritis, aktif dan inovatif masyarakat akan maju pesat.
Selain internet gratis, bisa jadi menyediakan informasi berupa media cetak koran gratis untuk masyarakat. Memasang koran yang di update setiap hari di tempat yg disediakan (semacam majalah dinding) pada sudut-sudut ruang publik yang banyak di akses oleh masyarakat. Misalkan di taman kota, di pinggir-pinggir trotoar dan tempat-tempat lain yang mudah ditemukan. Koran yang menyajikan berita setiap hari akan mengembangkan masyarakat untuk bersikap kritis dan tidak ketinggalan jaman.
Didukung dengan dua aspek tersebut, saya rasa ini cukup menumbuhkan cinta-cinta dari yang lain selain saya terhadap kota ini, terhadap Bapak selaku pemimpin kota ini. Ketika mereka merasa sudah dinyamankan berada di kota ini, mereka akan mencintai bapak dengan sepenuh hati. Saya sangat yakin sekali akan hal itu.
Sebelum saya mengakhiri surat saya, saya ingin mengutip beberapa kata orang-orang bijak tentang cinta, Pak. Semoga bisa menjadi sedikit suntikan semangat kepada Bapak untuk terus mencintai kota kecil saya ini tanpa henti. Dan selalu memimpin dengan penuh cinta.
- Cinta bukanlah penuntutan, penguasaan, pemaksaan, dan pengintimidasian. Tak lain itu hanyalah cara manusia mendefinisikannya. Karena cinta adalah perjuangan, pengorbanan, tanggungjawab, kejujuran, dan keikhlasan -
- Cinta yang menciptakan peradaban mulia. Melahirkan generasi bercita rasa tinggi, yang tak mau mengintimidasi, bahkan menjadi solusi di zaman ini -
- Cinta itu memberi untuk menerima sekaligus memberi untuk menumbuhkan -
- Yakinilah bahwa cinta bukan hanya sekedar hiasan bibir, atau syair para pujangga. Namun ia menjadi kekuatan yang menggerakan –
Mungkin semua yang saya ungkapkan sedikit terkesan merayu ya, Pak? Hehe… Tak apalah. yang penting saya tidak menggombal ya, Pak. Karena saya pun sedang berusaha mencintai dengan baik dan hanya mampu dengan cara saya yang seperti ini. Sekiranya cukup sekian yang ingin saya sampaikan.Mohon maaf kalo benar-benar terlalu ngalor ngidul dan sangat picisan apa yang saya bicarakan. Sekali lagi mohon maaf yang tak terhingga atas kata-kata yang mungkin salah dan menyakiti hati Bapak. Serta saya ucapkan terima kasih kepada Bapak, sudah meluangkan waktu untuk bercengkrama dengan tulisan saya. Semoga Bapak membaca surat ini dengan mencukupkan secangkir kopi. Supaya yang sekiranya pahit, masih saja ada bagian yang terkesan manis.
Akhir kata, Wassalamualaikum wr.wb.
Ps: Mohon doanya untuk saya segera lulus kuliah ya, Pak. Supaya saya bisa segera kembali ke Tuban. Melahirkan karya saya dibidang arsitektur untuk menyumbang kemajuan Kota Tuban. Hehehe… [col]