Oleh: Nanang Fahrudin
Berdoalah, karena Allah memang memerintahkan hamba Nya untuk selalu memohon pertolongan. Pertolongan dari apa saja. Begitulah pesan yang diingat Kang Sabar saat ditimpa musibah. Nasehat dari sahabatnya, Kang Subur itu diingatnya sampai kini. Dan nasehat itu juga yang disampaikannya kepada Mbok Minah baru saja terkena musibah. Tanahnya kena gusur pelebaran jalan, tapi uang ganti rugi sangat sedikit.
“Kebangeten kok. Masak orang kecil seperti saya ini masih saja dianiaya,” keluh Mbok Minah.
Mbok Minah tak hanya sendirian. Ada beberapa tetangga yang juga bernasib sama. Kang Sabar tak habis pikir, kenapa orang-orang berilmu yang memegang kekuasaan selalu menyengsarakan orang-orang kecil seperti Mbok Minah. Bukankah sebagai pelayan masyarakat seharusnya memberi kenyamanan hidup bagi warganya. Tapi....ah, entahlah. Pikiran Kang Sabar yang dangkal tak sampai ke sana. Ia hanya ingat nasehat sahabatnya tadi itu: selalu berdoa.
“Selalu berdoa untuk kebaikan semua mbok!” kata Kang Sabar saat bertemu Mbok Minah di emperan toko ujung jalan. Saat itu Kang Sabar hendak ke pasar.
Di pasar, kang Sabar juga melihat pemandangan hampir sama. Seorang ibu-ibu menangis gara-gara barang dagangannya dikuras pencuri. MasyaAllah. Padahal, saat ini masuk bulan suci Ramadan. Kenapa pencuri masih tega beraksi. Ah, namanya juga pencuri. Kurang ajar benar.
“Assalamu’alaikum Kang!”
Kang Sabar menoleh. Dilihatnya Kaji Tohir melambaikan tangan. Tampaknya ia sedang membeli peralatan listrik. Kang Sabar cepat-cepat menghampirinya sekaligus melepas lelah. Siang begitu panas.
“Lagi borong apa kang?” tanya Kaji Tohir.
“Ah ndak Ji. Cuma mau beli sarung saja untuk berlebaran nanti,” sahut Kang Sabar.
“Eh Ji” lanjut Kang Sabar, “kenapa selalu saja banyak musibah di muka bumi ini. Dan korbannya adalah orang-orang di sekitar kita. Mungkin lain waktu pasti kita yang akan jadi korban.”
“Terus kenapa kang? Kita harus menghadapinya dengan tabah. Kita harus selalu berdoa.”
“Berdoa sih terus Ji. Tapi hati ini tetap saja tidak rela melihat ketidakadilan dimana-mana.”
“Kita berdoa itu banyak manfaatnya. Bedoa tak sekadar memohon kepada Allah. Tapi juga sebuah pengakuan bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Kita adalah hamba yang selalu membutuhkan pertolongan Nya. Bedoa juga bisa dimaknai sebagai usaha merawat harapan. Karena kita percaya bahwa Allah bisa mengubah sebuah keadaan dengan sangat mudah. Karena Dia adalah pemilik segalanya.”
Kang Sabar manggut-manggut. Memang bedoa selalu dilakukannya hampir tiap hari. Tapi sepertinya hatinya masih saja tak rela. Masih ada yang mengganjal.
“Berdoa itu jangan hanya dimaknai meminta. Berdoa adalah menata hati agar bisa tersambung dengan Tuhan. Terkadang, kita perlu berdoa terus menerus entah sampai kapanpun. Kita berdoa karena kita belajar menjadi hamba yang baik,” kata Kaji Tohir melanjutkan.
“Ya Ji. Insya Allah. Padahal, saya sering menasehati orang untuk selalu berdoa. Tapi, berdoa dengan ikhlas ternyata masih butuh belajar lagi.”
“Ya begitulah. Eh, saya pamit dulu. Masih ada pekerjaan di rumah menunggu.”
-----------------
Penulis menerbitkan buku Tasawuf Sandal Jepit (2016)