Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Bertahan di tengah keterpurukan memang tidak mudah. Begitu juga dengan yang dirasakan Sarmidi, warga Dusun Ngemplak, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan/Kabupaten Tuban.
Sebagai penglaras alat musik tradisional, dia telah beberapa kali mendapat hambatan, ketika menjalankan usaha. Akhirnya, titik terang dan secercah harapan mulai menghampiri usahanya di usia senja.
Dulu. Pelanggan dia hanya dalang dan pengrawit. Tapi kini, banyaknya komunitas kontemporer, yang memasukan unsur musik tradisional di aransemen mereka, membutuhkan alat-alat tradisional. Usahanyalah, yang sekarang menjadi salah satu jujukan bagi peminat musik jenis ini.
"Sekarang banyak musik modern pakai gamelan, saron, kendang, dan lain-lain. Mereka banyak yang melaras alat dan bahkan memesan di tempat ini," kata Sarmidi.
(baca juga: https://bloktuban.com/artikel-read.php/?show=3191-pekerjaan-langka-di-ujung-kepunahan.html)
Selain itu, petugas dari Dinas Perekonomian dan Parwisiata ataupun Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahrga (Disdikpora), juga sering mendatangi tempat usahanya. Baik untuk memesan alat, ataupun memperbaiki alat yang rusak. Belum lagi, dengan lembaga pendidikan dan sekolah yang juga banyak mengajarkan siswanya kesenian tradisional.
Meski tidak banyak, Sarmidi cukup merasa puas dengan penghasilannya saat ini. Dalam sebulan, dia mampu menghasilkan omset bersih sekitar 3 juta. Keuangan dia bertambah, saat dia yang juga pengrajin ini mendapat pesanan dengan jumlah besar. Rata-rata, dibutuhkan anggaran sekitar Rp400 juta, untuk mendapatkan satu set alat gamelan yang terdiri dari Gender baboh, Pelok Slendro, Slenthem, Demung, Saron, Peking, Bonang, Bonang Penerus, Kendang, Sitter dan Gong.
"Itu kalau bahannya perunggu, jadi lebih mahal," tambahnya.
Kemudian, untuk bahan baku jenis besi dia jual dengan harga Rp60 juta, dan untuk bahan baku jenis kuningan dia jual sekitar Rp150 juta. Sedang untuk ecerannya, dia biasa menjual dengan harga 1 hingga 8 juta. Tergantung pada jenis dan kualitas bahan dari alat musik yang dipesan.
Meski usahanya sudah mulai lancar. Ada satu hal yang merisaukan kakek ini. Yakni, siapa yang akan menjadi penerus dia menggantikan pekerjaan sebagai pelaras gamelan. Pekerjaan yang menurutnya, sebagai penjaga peradaban leluhur yang terukir di kesenian ini. "Entah nanti, kalau saya sudah tiada siapa yang akan menggantikan," kata Sarmidi. [pur/rom]
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published