Reporter: Khoirul Huda
blokTuban.com - Perajin Sulak/Kemoceng berbahan ravia saat ini akan sulit kita temui, pasalnya pembuatan sulak membutuhkan ketelatenan dan waktu yang cukup lama. Sehingga banyak masyarakat yang mempunyai keterampilan membuat alat bersih-bersih tersebut namun tidak berlangsung lama dan gulung tikar.
Namun hal ini berbeda dengan salah satu warga yang berada di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Dengan alat yang dimodifikasi sendiri warga Desa Tanjungrejo ini dapat mendapatkan pundi-pundi uang.
"Alat-alat ini rancangan saya sendiri, awalnya sebelum mendapatkan ide membuat alat ini saya hanya menghasilkan antara dua smpai tiga buah sulak," terang Lasito (36) kepada blokTuban.com, Sabtu (12/3/2016).
Setelah lama berlalu sejak memulai membuat sulak sekitar tahun 2010, ia merancang alat sendiri agar pembuatan sulaknya tidak memakan waktu yang lama.
Lasito menambahkan, setelah membuat alat yang diinginkan dan dirasa pembuatan sulak semakin cepat, kini ia dan istrinya dapat membuat sulak hingga lebih dari 10 buah setiap hari.
"Setiap hari saya bersama istri bisa membuat hingga 10 buah sulak, kadang juga lebih," sambungnya.
Karena tidak memiliki lahan pertanian, selain kesibukan sehari-harinya membuat sulak suami dari Musyarofah ini juga bekerja sebagai buruh tani. Untuk pembuatan sulak yang berbahan ravia ini Lasito mendapatkan bahan dari Kabupaten Bojonegoro, seperti ravia, dan rotan sebagai tangkainya.
Masih kata Lasito, saat ini pemasaran sulak yang dibuatnya sudah mencapai Pasar Rengel, Tuban bahkan Sampai Bojonegoro. Setiap satu sulak ia memahar harga Rp10.000. "Dari pasar-pasar tersebut dalam sebulan sulak yang saya buat bisa habis hingga 150-200 buah," pungkas Lasito.[hud/col]