Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Perayaan pergantian tahun baru Cina kerap diidentikkan dengan segala pernak-perniknya. Dari dupa (hio), kertas sembahyang (kim cua), barongsai, liong atau naga, lilin besar, lampion, jeruk mandarin, kue keranjang dan angpao. Namun, kurang lengkap rasanya kalau belum mendatangi ciam si.
Ciam Si atau masyarakat Jawa menyebutnya Jiamsi adalah sejenis permainan meramal nasib. Secara tradisi, banyak orang bertandang untuk mengetahui atau memprediksi nasib satu tahun kedepan. Ramalan yang ditanyakan beraneka ragam, dari prediksi nasib, rezeki hingga jodoh.
Saat blokTuban.com mengunjungi Jiamsi yang berada di kawasan Klenteng KSB ini, Salah seorang peramal Salim Saputra (50) meramalkan apa yang akan terjadi di masyarakat Indonesia pada umumnya. Terdapat kontradiksi prediksi kehidupan antara masyarakat bawah dan pejabat.
"Di tahun kera api, akan ada peristiwa gunung meletus. Pada kehidupan manusia, masyarakat golongan bawah tampak ayem tentrem, sedangkan wong duwuran bakal akih sing eker-ekeran (orang atas atau pejabat lebih banyak berseteru)," kata warga Tionghoa muslim ini.
Di tahun kera api, lanjut Salim, tidak ada masalah berarti. Menurut dia pertikaian di ranah pejabat memang sudah ada sejak zaman dulu. Begitu pula dengan tindak kejahatan akan tetap terjadi lantaran situasi keamanan belum stabil.
"Cuma banyak bencana, dan Pemerintahan Jokowi dapat mengatasi permasalahan. Masyarakat tidak ada apa-apa. Masalah wong duwuran (orang atas, pejabat) gara-gara Narkoba dan korupsi negara. Sejak zaman Majapahit sudah ada, yang penting jangan lupa berdoa pada gusti Allah," ungkap pria yang bermarga Tan ini.
Pada tepat perayaan hari Imlek, masyarakat keturunan Tionghoa disibukkan dengan kegiatan seperti umat Islam merayakan Hari Idul Fitri yakni budaya berkunjung ke rumah kerabat. "Saat ini masih banyak yang halal bihalal, beberapa hari ke depan baru datang untuk meramal," kata Salim menambahkan.
Padda tanggal 11 dan 12, pengunjung dari Tionghoa diprediksi mulai berdatangan. Pasalnya selang empat hari dari tahun baru Imlek, dewa akan turun. Setiap satu tahun sekali dewa naik ke langit melaporkan semua tingkah perbuatan manusia kepada Tuhan.
"Semua perbuatan baik dan buruk manusia dilaporkan, dilakukan penambahan dan pengurangan dosa. Setelah empat hari turun, setelah penyerahan kekuasaan dari kambing kayu dia tahun 2015 ke penguasa kera api untuk satu tahun kedepan," pungkas Salim. [dwi/col]