Tak Igin Punah, Lasmijan Setia Lestarikan Terbangan

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Kelompok kesenian terbangan di Desa Simo, Kecamatan Soko kini masih menunjukkan denyut nadi. Meski tidak segairah dulu dan fisik mereka boleh jadi menua, akan tetapi semangat tetap setia dipelihara.

Adalah salah seorang penggiat kesenian terbangan, Lasmijan (75) hingga kini masih setia mempertahankan eksistensi kesenian terbangan. Dapat dikatakan, memastikan terbangan tidak mati, sebagai amanah yang harus ia jalankan. Terlebih saat ini ia sebagi ketua grup terbangan ini.

Kesenian terbangan sendiri yaitu suatu kesenian yang memadukan dua unsur, yakni nada dan musik. Terbangan memiliki beberapa alat musik. Terdiri dari terbangan, gendung dan jedor. Jumlah terbangan ada delapan buah, sedangakan gendung atau semacam kendang dan jedor masing-masing satu buah.

Alat-alat tersebut hingga kini masih tersimpan di kediaman Lasmijan. Sudah puluhan tahun usianya. Bahkan usia alat tersebut dapat dikatakan melebihi usia Lasmijan sendiri. Nyanyian terbangan bercorak islami. Lagu-lagu yang dibawakan kebanyakan berupa sholawat. Entah itu berrbahasa Arab maupun bahasa Jawa.

Jika dulu terbangan banyak diminta tampil, saat ini hanya terkadang saja. Ketika orang memiliki hajatan, dari khitan dan menikah hampir-hampir perminataan pentas sering datang berganti. Namun saat ini tidak lagi.

Terbangan diidentikkan dengan musik untuk orang tua. Meski terkadang mendapat job untuk mengisi hajatan, lebih sering untuk kegiatan berbau keagamaan. Untuk hiburan, saat ini lebih memilih seni dengan alat musik modern.

Pada awalnya terbangan dijadikan media khususnya kaum muslim untuk berkegiatan positif. Yakni menyanyikan sholawat yang kebanyakan berisi tentang pujian. Bukan untuk mengejar rupiah semata.

"Hingga saat ini, seingat saya yang hanya satu kali pernah mendapat uang Rp100.000. Rata-rata setelah selesai main mereka memberi Rp50.000. Tetapi bukan itu yang penting, asal mereka memberi dengan ikhlas itu yang penting," ujar warga Dusun Brak ini.

Saat masa jaya dulu, sambung Lasmijan, dalam satu desa memiliki empat grup terbangan. Dari Dusun Depes, Simo Tengah, Kendal dan Kandangan. Namun, sekarang mencari satu grup utuh saja sudah kesulitan. Dikatakan, anggota utuh semestinya berjumlah sembilan. Yang ia miliki kini hanya delapan anggota.

"Memainkan terbangan tidak sekedar berseni. Tetapi ikut menjaga dan meneruskan perjuangan, kesenian terus dilestarikan," pungkas Lasmijan.[dwi/ito]