Reporter: Ahmad Syahid
blokTuban.com - Minimnya Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kecamatan Singgahan, Bangilan dan Senori berdampak pada pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK). Pasalnya, mereka tak jarang disekolahkan di sekolah biasa yang pembelajarannya berbeda dengan SLB.
Hal itu dinilai menjadi kendala bagi sekolah biasa yang menerima ABK. Akibatnya, rata-rata guru dan Kepala Sekolah yang ada mengeluhkan kondisi tersebut.
Salah satu Guru MI di Senori, Mustain (45) menilai ABK kerap kali membuat peserta didik lain terganggu. Kondisi tersebut karena mereka tidak bisa fokus menerima pelajaran dan seringkali mengganggu siswa lain..
"Aaat pelajaran juga perlu dikhususkan, agar tidak minder.Sehingga ini perlu disekolahkan sendiri kayak SLB," ujarnya saat mengajar anak didiknya yang disabilitas.
Begitu pula yang terjadi di Singgahan, rata-rata sekolah biasa menerima ABK dengan berat hati. Otomatis ini tidak mudah bagi guru, siswa laiN serta siswa yang berkebutuhan khusus itu sendiri.
Salah satu Guru SD di Singgahan yang enggan disebut namanya mengaku, banyaknya masyarakat yang menyekolahkan ABK di sekolah biasa karena SLB sangat minim dan jauh dari akses warga setempat.
"Perlu diperluas lagi pembangunan SLB nya," ujarnya kepada Reporter blokTuban.com. [hid/col]
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published