Reporter: Parto Sasmito
blokTuban.com - Dioperasikannya kilang minyak Pertamina di PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI), Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, terus menuai reaksi positif. Bahkan, ke depan harus terus ditingkatkan produksinya dan menyerap tenaga kerja lokal yang sesuai kebutuhan kilang.
Kepada blokTuban.com, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPRRI), Satya W. Yudha, Sabtu (14/11/2015) mengatakan, jika dirinya mengetahui secara persis bagaimana proses awal sampai beroperasinya kilang di Tuban. Sebab, ketika kepemimpinan Negara ini sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi), ia turut memfasilitasi serikat pekerja untuk menemui Menteri Keuangan.
"Bahkan saya juga turut menanyakan langsung upaya yang bisa dilakukan Negara ke Menko Perekonomian saat itu, Choirul Tanjung," kata politisi asal Partai Golkar tersebut.
Pria yang menjadi anggota DPRRI dari Daerah Pemilihan (Dapil) IX (Bojonegoro-Tuban) tersebut menambahkan, ketika itu ia berharap ada pemisahan antara kasus utang yang membelit dengan fasilitas yang bisa dimanfaatkan Negara. Beberapa kali proses berlangsung di pusat dan akhirnya Pertamina yang mengambil alih.
"Bayangkan saja, saat ini kita masih mengimpor BBM dari luar antara 600.000 hingga 700.000 Barel Per Hari (BPH). Jika kilang di TPPI bisa beroperasi maksimal 100.000 BPH, maka berapa persen yang bisa dikurangi," terangnya.
Negara juga akan bisa menghemat begitu banyak dari impor BBM. Oleh karena itu, selain turut serta memperjuangkan keberadaan kilang minyak TPPI di Tuban, masyarakat sekitar juga bisa mengakses dampak positif dari beroperasinya kembali TPPI. Lebih-lebih tenaga kerja skill yang berada di Tuban bisa terserap maksimal sesuai kebutuhan kilang.
Ditanya mengenai sumber crude oil atau minyak mentah utuk suplai kilang TPPI, SW. Yudha, panggilan akrabnya mengaku belum seberapa detail. Namun yang jelas, spesifikasi minyak mentah harus sama dengan spesifikasi kilang juga. Tidak bisa sembarangan. "Apakah dari minyak Blok Cepu yang ada di Kabupaten Bojonegoro? Bisa jadi," pungkasnya. [ito/mad]